www.satriamadangkara.com

This is an example of a WordPress post, you could edit this to put information about yourself or your site so readers know where you are coming from. You can ...

perkembangan kerajaan

This is an example of a WordPress post, you could edit this to put information about yourself or your site so readers know where you are coming from. You can ...

kesatria kerajaan

This is an example of a WordPress post, you could edit this to put information about yourself or your site so readers know where you are coming from. You can ...

kesatria kerajaan

This is an example of a WordPress post, you could edit this to put information about yourself or your site so readers know where you are coming from. You can ...

Tragedi Pembantaiam Muslim Xinjiang

23.27 Diposting oleh College student


Melihat perkembangan dunia islam di Ibu kota wilayah Xinjiang, Urumqi, bergolak. Umat Islam etnis Uighur di sana masih terus terancam. Setelah aparat keamanan Cina membantai mereka dalam aksi protes terhadap kebijakan pemerintah Cina yang diskriminatif pada 5 Juli lalu yang membuat 156 orang tewas, 1434 ditahan dan lebih dari 1.000 lainnya terluka, kini giliran ribuan etnis Han, yang sengaja dimukimkan pemerintah Cina di wilayah Xinjiang, turun ke jalan-jalan di Urumqi, ibukota wilayah Xinjiang, guna memburu warga Muslim yang tidak berdaya. Kelompok Uighur di pengasingan menyebut adanya “genocide” (pembersihan massal) terhadap kaum Muslim di wilayah Xinjiang. Bersenjatakan pentungan dan lainnya, etnis Han memburu etnis Uighur. Warga Muslim yang tidak bisa menyelamatkan diri babak-belur hingga sekarat, menjadi bulan-bulanan kebrutalan etnis Han. Menurut saksi mata, tak satu pun etnis Han yang melakukan serangan itu ditahan polisi.

Keberadaan muslim di wilayah Xinjiang, Cina, merupakan buah dari dakwah yang dilakukan Nabi Muhammad dan para shahabat ke seluruh penjuru dunia. Adalah Khalifah Uthman ibn Affan yang memulai kontak dengan Cina. Setelah menundukkan Romawi dan Persia, Khalifah Uthman bin Affan mengirim delegasi yang dipimpin Sa’ad ibn Abi Waqqas ra ke Cina pada tahun 29 H (651 M). Misi delegasi ini adalah mengundang kaisar Cina untuk memeluk Islam. Delegasi itu lalu membangun Masjid di kota Kanton. Masjid ini dikenal hingga hari ini sebagai ‘Masjid Memorial’.

Dari sini mulai tumbuh benih kebencian terhadap muslim di Cina. Akan tetapi keberadaan Khilafah saat itu membuat mereka terlindungi. Tidak ada satupun penindasan yang dibiarkan begitu saja kecuali dengan jihad fii sabilillah. Salah satu perang yang berkobar di perbatasan Cina terjadi di tahun 1334H. Meski berjumlah lebih sedikit, dengan bantuan Allah SWT, pasukan muslim berhasil menggempur pasukan Cina dengan telak. Setelah itu, umat Muslim sangat dihormati sebagai kekuatan yang diperhitungkan hingga mampu mengontrol sebagian besar Asia Tengah.

Kemenangan demi kemenangan membuka pintu Cina bagi muslim untuk menyebarkan keindahan dan kebenaran Islam. Pendatang muslim generasi awal ini juga mendirikan mesjid, sekolah, dan madrasah. Di perkotaan, para ulama mendominasi. Madrasah menjadi tempat menimba ilmu bagi banyak pelajar. Pelajar datang dari berbagai wilayah termasuk Rusia dan India, sehingga benar-benar menjadi arti harfiah dari ungkapan ‘Belajarlah hingga ke Cina.” Di tahun 1790an, tercatat ada sekitar 30 ribu pelajar muslim. Kota Bukhara yang saat itu masih merupakan bagian dari Cina, menjadi terkenal dengan julukan sebagai ‘Pilar Islam.’ Di kota inilah, Imam Bukhari lahir dan dikenal sebagai ahli hadits.

Tapi keadaan itu kemudian berubah sejak komunis menguasai wilayah muslim itu di tahun 1949. Mereka terus berusaha menghapus identitas dan budaya Islam di Xinjiang. Diskriminasi juga terjadi di bidang ekonomi. Wilayah Xinjiang yang sesesungguhnya sangat kaya yang memasok lebih dari 40 persen cadangan energi (minyak, gas dan batubara) Cina, tapi rakyatnya hidup dalam kemiskinan.

Sejak saat itu juga telah terjadi pemutusan komunikasi total sehingga tidak diketahui apa saja yang terjadi di sana. Penyelidikan mendalam menunjukkan keadaan yang sangat menyedihkan. Seseorang bisa diburu polisi karena ‘kejahatannya’ mengajarkan Qur’an kepada anak-anak. Sering juga terjadi razia terhadap umat Islam di Beijing. Penindasan terhadap umat Islam di sana memiliki satu tujuan: menghapus identitas Islam dari umat muslim. Menurut statistik kependudukan di tahun 1936, pemerintahan Kuomintang Republik Cina saat itu memperkirakan jumlah warga muslim sebesar 48.104.240 orang. Tapi sejak pemerintahan komunis, angka tersebut menurun menjadi 10 juta warga saja. Tidak ada penjelasan resmi, ke mana hilangnya 38 juta nyawa. Pembersihan massal seperti ini sangat luar biasa dan membuat apa yang terjadi di Tibet tidak ada apa-apanya. Padahal Barat begitu getolnya membela hak asasi pendeta dan Dalai Lama Tibet akibat pendudukan Cina di sana dan juga peristiwa Tiananmen Square, tapi tidak pernah peduli terhadap nasib umat Islam.

Di samping penghilangan secara fisik, Muslim juga sering dihujani dengan serangan yang mengancam identitas keislaman mereka. Masa Revolusi Budaya (1966-76) menunjukkan bagaimana brutalnya kebijakan dan sikap kaum Komunis. Ini terlihat dari poster yang terpampang di Beijing saat itu di tahun 1966, yang menyerukan penghapusan ritual Islam. Muslim juga dilarang untuk mempelajari bahasa tulis yang dipengaruhi oleh Arab, Turki dan Parsi. Pemerintah komunis juga menutup Masjid dan menyebarkan fitnah tentang Islam dan muslim. Properti wakaf disita dan masjid diduduki paksa. Kebijakan untuk membersihkan etnik muslim terus berlangsung. Etnik Han (mayoritas etnik di Cina, yang kafir) mulai banyak bertransmigrasi ke wilayah Xinjiang (Turkestan Timur untuk memastikan adanya mayoritas non-muslim di sana. Pada tahun 1949 hanya ada 2-3% etnik Han di sana, namun kini mereka mencapai 38%.

Meski ditindas oleh tirani pemerintah Cina, muslim di Xinjiang masih bertahan. Anak-anak muda mengenakan kalung berlogo bulan bintang, yang mirip dengan simbol yang digunakan Khilafah Uthmani di masa lalu. Tapi mengenakan kalung ini bisa berakibat penjeblosan ke penjara. Pernah di daerah Kajacou di Beijing, seorang muslim ditanya tentang anak-anaknya, yang ia jawab ada 6. Angka ini sangat tinggi karena hukum di Cina mengatakan bahwa muslim di Xinjiang hanya boleh punya anak 2 saja!




Tutorial Graphic Design

Tutorial Hacking

Tutorial Blogger