:: Entrepreneurial Intelligence (Entre Q)
18.40 Diposting oleh College student
Oleh Penulis Tamu:
Aribowo Prijosaksono
Sungguh suatu ironi, bahwa sebagian besar kelompok masyarakat kelas menengah atas dan berpendidikan tinggi ini tidak mampu mengkapitalisasi pendapatan yang mereka peroleh secara kreatif sehingga menjadi aset yang bisa memberikan jaminan bagi hari tua dan masa depan anak-anaknya.
Kelompok ini tidak hanya terdiri dari para profesional saja tetapi juga mencakup para pengusaha muda dan pemilik bisnis yang notabene selama ini termasuk dalam kategori “wirausaha” atau “entrepreneur” yang sukses.
Mereka mampu memperoleh pendapatan yang besar (rich) tetapi tidak mampu mengelolanya dengan baik, sehingga dengan gaya hidup yang berlebihan akhirnya mereka menjadi konsumtif dan tidak memiliki kemapanan secara finansial (wealthy).
Dalam Sajian Utama majalah SWA edisi 21 Juli 2004, berdasarkan survei Citibank bekerja sama dengan AC Nielsen, tergambar bahwa 80% professional, manager, executive & businessman usia 30 – 45 tahun, yang bergaji Rp 15,2 – 20,7 juta/bulan terancam miskin di hari tua. Mereka konsumtif, besar pasak daripada tiang, investasi kacau dan tak siap di hari tua.
Inilah salah satu hal yang mendorong saya untuk menulis topik mengenai kecerdasan kewirausahaan (entrepreneurial intelligence atau Entre-Q) sebagai bagian dari manajemen diri, yaitu bagaimana kita dapat mengendalikan kehidupan kita, secara finansial, emosional, sosial dan spiritual baik di masa kini maupun di masa depan.
Tulisan ini bukan mengenai bagaimana menjadi pengusaha sukses, bukan pula tentang bagaimana memulai bisnis Anda sendiri. Tetapi melalui tulisan ini saya mencoba mengubah pola pikir dan pola tindak kita dalam membangun sikap dan perilaku entrepreneur dalam diri kita.
Entre-Q kami definisikan dalam bahasa Inggris sebagai “the spirit and ability to create added value from the implementation of creativity and personal strengths into a sustainable and profitable business venture,” yaitu dorongan hati dan kemampuan seseorang untuk memanfaatkan kreativitas dan kekuatan pribadinya menjadi sebuah usaha atau bisnis yang bisa memberi nilai tambah bagi dirinya.
Dengan kata lain, Kecerdasan berwirausaha (Entrepreneurial Intelligence) adalah kemampuan seseorang dalam mengenali dan mengelola diri serta berbagai peluang maupun sumber daya di sekitarnya secara kreatif untuk menciptakan nilai tambah maksimal bagi dirinya secara berkelanjutan.
Seperti yang diuraikan dalam artikel di atas, untuk mencegah kemungkinan kesulitan keuangan di hari tua, kita harus mengubah paradigma untuk mulai berorientasi ke arah kemapanan finansial dibanding kekayaan semata, diikuti dengan melakukan perencanaan keuangan dan investasi. Salah satunya antara lain adalah dengan memulai dan membangun bisnis yang dapat memberikan passive income (pendapatan yang terus kita peroleh meskipun kita sudah tidak bekerja lagi) yang dapat menjamin hari tua kita.
Kecerdasan wirausaha (Entrepreneurial Intelligence) bukan sekedar keterampilan membangun bisnis semata, tetapi lebih dari itu adalah sebuah pola pikir dan pola tindak yang menghasilkan kreativitas dan inovasi yang bertujuan untuk senantiasa memberikan nilai tambah dari setiap sumber daya yang kita miliki.
Setiap kita dapat menjadi entrepreneur yang sukses dan mencapai kemapanan finansial untuk meraih semua impian-impian kita. Setiap kita diciptakan Tuhan untuk memiliki kehidupan terbaik serta memberi manfaat bagi dunia di sekitar kita. Tuhan telah memberikan anugerah yang luar biasa kepada manusia, yaitu: kesadaran diri, imajinasi, hati kecil (conscience), dan kehendak bebas untuk menyadari keberadaan dan misi hidup kita, serta mengambil keputusan untuk menjadi (to be) apa pun yang kita impikan.
Jika kita memilih untuk menjadi entrepreneur yang sukses, hal pertama yang perlu kita miliki adalah keyakinan dan keberanian untuk memulai langkah pertama kita, keluar dari zona kenyamanan kita dan mulai mengubah diri (transformasi) melalui serangkaian kebiasaan-kebiasaan baru menjadi seorang entrepreneur. Karena kita tidak bisa mengharapkan hasil yang berbeda dengan melakukan hal-hal yang sama berulang-ulang.
Untuk menjadi entrepreneur sukses kita harus berubah. Kita harus memiliki keberanian untuk mengambil langkah pertama dan senantiasa fokus kepada impian kita. Untuk berubah menjadi seorang entrepreneur yang sukses, ada sepuluh kebiasaan yang perlu kita lakukan dalam kehidupan kita sehari-hari, yaitu:
Kebiasaan #1 : Find Your Purpose and Dream All the Time
Sukses adalah sebuah perjalanan, bukan tujuan. Setiap saat kita mencapai target, goal atau impian kita, maka segeralah membuat impian-impian baru yang dapat memacu kita dan memberi semangat serta antusiasme untuk mencapainya. Biasakanlah untuk memiliki target, baik harian, bulanan maupun tahunan. Apakah itu berupa peningkatan omset usaha, tingkat keuntungan, mobil idaman, rumah baru, kantor baru, dan sebagainya. Apa pun impian atau target kita, ingat kata kunci SMART (specific, measurable, achieveable, Reality-based, Time frame): harus spesifik dan jelas, terukur, dapat dicapai berdasarkan realitas atau kondisi kita saat ini dan memiliki jangka waktu tertentu.
Kebiasaan #2: Never-ending Innovation
Kebiasaan kedua adalah inovasi tiada henti. Seorang entrepreneur harus segera menerjemahkan impian-impiannya menjadi inovasi untuk pengembangan bisnisnya. Jika impian dan tujuan hidup kita merupakan fondasi bangunan bisnis kita, inovasi dapat diibaratkan pilar-pilar yang menunjang kokohnya bisnis kita. Impian saja tidak cukup. Impian harus senantiasa ditunjang oleh inovasi yang tiada henti sehingga bangunan bisnis kita menjadi kokoh dalam badai kesulitan dan tantangan. Setiap fondasi baru yang kita buat, harus diikuti oleh pilar-pilar bangunan sebagai kerangka bangunan keseluruhan. Setiap impian harus diikuti dengan inovasi sebagai kerangka pengembangan, kemudian barulah diikuti dengan product management, customer management, cashflow management, systems, dan sebagainya.
Inovasi adalah kreativitas yang diterjemahkan menjadi sesuatu yang dapat diimplementasikan dan memberikan nilai tambah atas sumber daya yang kita miliki. Jadi untuk senantiasa dapat berinovasi kita memerlukan kecerdasan kreatif (creative intelligence). Caranya adalah dengan berlatih untuk senantiasa menurunkan gelombang otak sedemikian sehingga kita dapat mencapai conscience kita sebagai sumber kreativitas dan intuisi bisnis kita.
Kebiasaan #3: Learn – Change and Grow
Kebiasaan ketiga yang sangat penting bagi seorang entrepreneur adalah senantiasa belajar, belajar dan belajar. Kehidupan ini penuh dengan berbagai peluang dan kesempatan untuk kemajuan, penyempurnaan dan pertumbuhan. Banyak sekali rahasia kehidupan yang harus dipecahkan dan hal-hal baru yang diciptakan oleh umat manusia untuk memenuhi impian dan membangun kenyamanan hidup. Oleh karenanya senantiasa tersedia ruang bagi munculnya gagasan ataupun ide-ide baru, perubahan dan penyempurnaan dalam setiap aspek kehidupan manusia. Sehingga ilmu pengetahuan dan teknologi senantiasa berkembang.
Berarti bahwa sesungguhnya kehidupan ini masih banyak sekali rahasia yang harus dipecahkan oleh umat manusia, melalui pengalaman dan pencarian yang tiada henti akan kebenaran. Makna lain dari pernyataan ini adalah bahwa apa pun yang terjadi dalam kehidupan kita adalah bagian dari sebuah proses alami untuk membantu kita dalam belajar, berubah dan bertumbuh ke arah yang lebih baik.
Manakala seorang entrepreneur berhenti untuk belajar dan memperbaiki diri, saat itulah berarti dia mengambil keputusan untuk berhenti menjadi seorang entrepreneur. Belajar bagi seorang entrepreneur sejati adalah proses yang dilakukan seumur hidup, seperti halnya perubahan itu senantiasa terjadi sepanjang perjalanan hidupnya.
Kebiasaan #4: Accumulate Your Assets
Tujuan akhir menjadi seorang entrepreneur bukanlah menjadi business owner maupun investor. Tujuan akhirnya adalah mencapai kebebasan finansial serta dapat meraih impian-impian kita. Ingat bahwa entrepreneur bukanlah profesi ataupun pekerjaan. Entrepreneurship adalah sebuah cara kita menjalani kehidupan kita. Seorang pemilik sebuah usaha yang sibuk bekerja untuk perusahaan miliknya belumlah menjadi seorang entrepreneur sejati (true entrepreneur). Ketika dia belum mampu meninggalkan pekerjaan tersebut dan bebas menggunakan waktu dan uang yang dimilikinya untuk mencapai impian atau menjalani kehidupan yang luar biasa (great life). Satu-satunya cara mencapai kebebasan finansial adalah dengan memiliki kebiasaan untuk mengakumulasikan atau menambah aset bagus kita di balance sheet sehingga menambah pemasukan ke dalam income statement kita.
Cara yang paling mudah bagi kita untuk mulai memiliki kebiasaan ini adalah dengan menabung. Karena yang penting bukan berapa jumlah yang kita tabung, melainkan kesadaran bahwa setiap bulan kita menjadi lebih kaya. Balance sheet pribadi maupun usaha yang kita miliki harus senantiasa menunjukkan penambahan aset kita. Inilah satu-satunya indikator bahwa kita telah mengakumulasi kapital yang kita miliki.
Kebiasaan #5: Use Leverage Concept to Build Your Business
Seorang entrepreneur yang cerdas harus mampu menggunakan tenaga dan waktu orang lain untuk mencapai impiannya. Sebagai ilustrasi, tahukah Anda bahwa setiap beberapa jam, restoran waralaba hamburger MacDonalds membuka satu gerai baru di seluruh dunia. Bagaimana mereka dapat melakukan hal tersebut. Bayangkan betapa efisien dan canggihnya para eksekutif dan karyawan MacDonalds sehingga mampu membangun satu outlet restoran setiap beberapa jam saja. Inilah contoh kekuatan dari leverage (pengungkit).
Contoh lain yang menarik adalah konsep pemasaran dengan sistem jaringan (network marketing). Bayangkan bahwa kita rata-rata bekerja 8 jam seminggu. Jika waktu produktif kita adalah 40 tahun, maka seumur hidup kita memiliki 80.000 jam kerja. Jika dalam jaringan kerja kita memiliki 1.000 anggota yang rata-rata bekerja satu jam sehari untuk bisnis network marketing kita, maka kita bisa menggantikan produktivitas seumur hidup kita hanya dalam 80 hari!!! Inilah kekuatan konsep leverage.
Kebiasaan #6: Nurture-Equip-Develop Your People
Untuk dapat mampu menggunakan waktu dan tenaga orang lain mengelola dan mengembangkan bisnis kita, seorang entrepreneur harus memiliki kemampuan dan passion untuk mengembangkan orang-orang di sekelilingnya. Seorang pemimpin yang baik tidak diukur dari berapa banyak pengikutnya atau pegawainya, tetapi dari kualitas orang-orang yang mengikutinya serta berapa banyak pemimpin-pemimpin baru di sekelilingnya.
Biasanya tidak lebih dari 20% dari total orang-orang kita yang berpotensi untuk dikembangkan terus. Dari 20% orang-orang inilah kita memilih sekitar 20% dari mereka untuk kita kembangkan menjadi pemimpin-pemimpin yang kelak akan mengembangkan dan menggantikan kita. Inilah proses yang disebut dengan developing, yang tidak sekedar meningkatkan keterampilan tetapi lebih penting adalah mengembangkan karakter dan kemampuan intra maupun inter- personal sebagai pemimpin bisnis. Jadi seorang entrepreneur yang cerdas harus senantiasa mengembangkan orang-orang di sekelilingnya agar pada gilirannya dapat menggunakan konsep leverage untuk mengembangkan bisnisnya.
Kebiasaan #7: Systemize Your Business
Sebuah usaha baru dapat dikatakan established ketika sudah dapat membangun sistem bisnis yang efektif dan efisien. Seperti halnya tubuh manusia adalah sebuah sistem yang terdiri atas beberapa sistem, perusahaan adalah sebuah sistem juga yang terdiri dari beberapa sistem. Jika tubuh manusia terdiri atas antara lain: sistem aliran darah, sistem pernapasan, sistem pencernaan dan sebagainya, perusahaan juga terdiri atas sejumlah sistem antara lain: sistem operasional harian, sistem pengembangan produk, sistem inventori, sistem administrasi penjualan, sistem pengelolaan piutang, sistem pemasaran, dan sebagainya.
Sebagai entrepreneur atau pemimpin bisnis, salah satu tugas utama kita adalah menyiapkan dan menyempurnakan sistem-sistem tersebut sehingga pada akhirnya organisasi tidak tergantung pada orang semata, tetapi sistem yang dijalankan oleh sumber daya manusia yang berkualitas.
Kebiasaan # 8: Build Network & Alliances
Saya mengenal tiga orang teman yang pernah mengalami kejatuhan dalam bisnis sehingga mereka harus memulai segala sesuatunya dari nol (bahkan negatif, karena saat itu mereka terbelit utang). Sekarang ketiganya telah berhasil mengatasi kesulitannya, namun dengan kondisi yang sangat berbeda.
Dalam suatu kesempatan, saya bertanya kepada teman saya yang paling berhasil dari ketiga orang teman saya tersebut, apa yang menjadi rahasia keberhasilan dia. Pada awalnya ia menjelaskan kiat-kiat bisnis dan bisnis apa yang menurutnya sangat baik. Namun, jawaban dari pertanyaan mendasar saya apa yang paling penting untuk memulai segalanya dari nol adalah karena ia dibantu oleh jaringannya. Ia memiliki jaringan yang cukup kuat untuk membantunya, baik dari segi peluang bisnis, modal, maupun akses pada pemerintah.
Memang, memiliki jaringan yang baik saja tidak cukup. Jaringan merupakan prasyarat penting bagi kita untuk memulai segala sesuatunya ketika kita tidak memiliki apa pun. Jangan meremehkan apa yang bisa dilakukan oleh jaringan kita. Sekali lagi bahwa no man is an island. Sekecil apa pun jaringan yang kita miliki sekarang, mulailah membangunnya serta merawat dan memeliharanya. Kita tidak pernah tahu kapan kita membutuhkan jaringan tersebut.
Keberhasilan kita menjadi entrepreneur sejati sangatlah tergantung pada jaringan dan mitra bisnis kita. Oleh karena itu membangun jaringan dan mengembangkan aliansi dan kemitraan bisnis merupakan kebiasaan yang harus senantiasa kita kembangkan.
Kebiasaan #9: Be A Smart Investor
Salah satu kekuatan entrepreneur yang cerdas dan sukses adalah kemampuannya dalam mengelola portofolio asetnya sehingga senantiasa berkembang dan bertambah banyak. Kemampuan mengelola portofolio aset adalah kemampuan yang terbentuk karena kebiasaan dan pengalaman yang panjang. Oleh karena itu, kita harus memiliki kebiasaan untuk selalu belajar dan melakukan investasi bisnis yang tepat dalam pengelolaan portofolio aset kita. Menjadi entrepreneur yang sukses bukanlah sekedar memiliki usaha sendiri namun juga mampu mengelola portofolio aset kita dan mengembangkan bisnis secara vertikal dan horisontal.
Kebiasaan #10: The Power of Giving: Give and Be Grateful
Kebiasaan kesepuluh seorang entrepreneur sejati adalah beramal dan mengucap syukur. Tuhan telah menciptakan alam semesta dengan segala kelimpahannya untuk kita syukuri dan nikmati. Kita diberikan kuasa untuk menjadi co-creator, rekan sekerja Tuhan, untuk menciptakan realitas kehidupan yang kita inginkan. Inilah yang menjadi rahasia mengapa orang-orang sukses seperti Andrew Carnegie, Bill Gates, John Rockefeller, Alfred Nobel, dan sebagainya adalah philanthropist (dermawan) sejati. Mereka memahami benar makna memberi dan mengucap syukur (charity and gratitude).
Proses penciptaan realitas kehidupan kita diawali dengan keyakinan. Cara menunjukkan keyakinan atau iman tersebut adalah dengan mengucap syukur atas kelimpahan berkat yang diberikan Tuhan (thankfulness in advance – to be grateful before the creation). Jadi mengucap syukur merupakan keharusan yang tidak bisa kita hindari jika kita ingin menciptakan atau memimpikan sesuatu. Seringkali kita justru berdoa dalam kerangka berpikir kekurangan (statement of lack), padahal justru sebaliknya kita harus berdoa dengan penuh rasa syukur atas segala berkat kelimpahanNya dalam kehidupan kita (statement of gratitude).
Beramal (charity) adalah pengungkapan syukur (gratitude) kita atas anugerah kelimpahan dari Tuhan, sehingga bawah sadar kita berpikir bahwa kita berkecukupan bahkan berkelimpahan (prosperity consciousness). Pesan inilah yang ditangkap alam pikiran bawah sadar kita, menjadi sebuah afirmasi yang jika berulang-ulang dilakukan, maka bawah sadar kita akan mencari jalan untuk mewujudkan kehidupan berkelimpahan itu bagi kita.
Semoga tulisan ini dapat membantu para profesional, eksekutif dan bahkan para pengusaha muda untuk menjadi lebih cerdas dalam mengelola aset dan sumber daya yang mereka miliki secara kreatif dan inovatif sehingga terhindar dari kesulitan finansial di masa depan.
Sumber : Media Online
Aribowo Prijosaksono
Sungguh suatu ironi, bahwa sebagian besar kelompok masyarakat kelas menengah atas dan berpendidikan tinggi ini tidak mampu mengkapitalisasi pendapatan yang mereka peroleh secara kreatif sehingga menjadi aset yang bisa memberikan jaminan bagi hari tua dan masa depan anak-anaknya.
Kelompok ini tidak hanya terdiri dari para profesional saja tetapi juga mencakup para pengusaha muda dan pemilik bisnis yang notabene selama ini termasuk dalam kategori “wirausaha” atau “entrepreneur” yang sukses.
Mereka mampu memperoleh pendapatan yang besar (rich) tetapi tidak mampu mengelolanya dengan baik, sehingga dengan gaya hidup yang berlebihan akhirnya mereka menjadi konsumtif dan tidak memiliki kemapanan secara finansial (wealthy).
Dalam Sajian Utama majalah SWA edisi 21 Juli 2004, berdasarkan survei Citibank bekerja sama dengan AC Nielsen, tergambar bahwa 80% professional, manager, executive & businessman usia 30 – 45 tahun, yang bergaji Rp 15,2 – 20,7 juta/bulan terancam miskin di hari tua. Mereka konsumtif, besar pasak daripada tiang, investasi kacau dan tak siap di hari tua.
Inilah salah satu hal yang mendorong saya untuk menulis topik mengenai kecerdasan kewirausahaan (entrepreneurial intelligence atau Entre-Q) sebagai bagian dari manajemen diri, yaitu bagaimana kita dapat mengendalikan kehidupan kita, secara finansial, emosional, sosial dan spiritual baik di masa kini maupun di masa depan.
Tulisan ini bukan mengenai bagaimana menjadi pengusaha sukses, bukan pula tentang bagaimana memulai bisnis Anda sendiri. Tetapi melalui tulisan ini saya mencoba mengubah pola pikir dan pola tindak kita dalam membangun sikap dan perilaku entrepreneur dalam diri kita.
Entre-Q kami definisikan dalam bahasa Inggris sebagai “the spirit and ability to create added value from the implementation of creativity and personal strengths into a sustainable and profitable business venture,” yaitu dorongan hati dan kemampuan seseorang untuk memanfaatkan kreativitas dan kekuatan pribadinya menjadi sebuah usaha atau bisnis yang bisa memberi nilai tambah bagi dirinya.
Dengan kata lain, Kecerdasan berwirausaha (Entrepreneurial Intelligence) adalah kemampuan seseorang dalam mengenali dan mengelola diri serta berbagai peluang maupun sumber daya di sekitarnya secara kreatif untuk menciptakan nilai tambah maksimal bagi dirinya secara berkelanjutan.
Seperti yang diuraikan dalam artikel di atas, untuk mencegah kemungkinan kesulitan keuangan di hari tua, kita harus mengubah paradigma untuk mulai berorientasi ke arah kemapanan finansial dibanding kekayaan semata, diikuti dengan melakukan perencanaan keuangan dan investasi. Salah satunya antara lain adalah dengan memulai dan membangun bisnis yang dapat memberikan passive income (pendapatan yang terus kita peroleh meskipun kita sudah tidak bekerja lagi) yang dapat menjamin hari tua kita.
Kecerdasan wirausaha (Entrepreneurial Intelligence) bukan sekedar keterampilan membangun bisnis semata, tetapi lebih dari itu adalah sebuah pola pikir dan pola tindak yang menghasilkan kreativitas dan inovasi yang bertujuan untuk senantiasa memberikan nilai tambah dari setiap sumber daya yang kita miliki.
Setiap kita dapat menjadi entrepreneur yang sukses dan mencapai kemapanan finansial untuk meraih semua impian-impian kita. Setiap kita diciptakan Tuhan untuk memiliki kehidupan terbaik serta memberi manfaat bagi dunia di sekitar kita. Tuhan telah memberikan anugerah yang luar biasa kepada manusia, yaitu: kesadaran diri, imajinasi, hati kecil (conscience), dan kehendak bebas untuk menyadari keberadaan dan misi hidup kita, serta mengambil keputusan untuk menjadi (to be) apa pun yang kita impikan.
Jika kita memilih untuk menjadi entrepreneur yang sukses, hal pertama yang perlu kita miliki adalah keyakinan dan keberanian untuk memulai langkah pertama kita, keluar dari zona kenyamanan kita dan mulai mengubah diri (transformasi) melalui serangkaian kebiasaan-kebiasaan baru menjadi seorang entrepreneur. Karena kita tidak bisa mengharapkan hasil yang berbeda dengan melakukan hal-hal yang sama berulang-ulang.
Untuk menjadi entrepreneur sukses kita harus berubah. Kita harus memiliki keberanian untuk mengambil langkah pertama dan senantiasa fokus kepada impian kita. Untuk berubah menjadi seorang entrepreneur yang sukses, ada sepuluh kebiasaan yang perlu kita lakukan dalam kehidupan kita sehari-hari, yaitu:
Kebiasaan #1 : Find Your Purpose and Dream All the Time
Sukses adalah sebuah perjalanan, bukan tujuan. Setiap saat kita mencapai target, goal atau impian kita, maka segeralah membuat impian-impian baru yang dapat memacu kita dan memberi semangat serta antusiasme untuk mencapainya. Biasakanlah untuk memiliki target, baik harian, bulanan maupun tahunan. Apakah itu berupa peningkatan omset usaha, tingkat keuntungan, mobil idaman, rumah baru, kantor baru, dan sebagainya. Apa pun impian atau target kita, ingat kata kunci SMART (specific, measurable, achieveable, Reality-based, Time frame): harus spesifik dan jelas, terukur, dapat dicapai berdasarkan realitas atau kondisi kita saat ini dan memiliki jangka waktu tertentu.
Kebiasaan #2: Never-ending Innovation
Kebiasaan kedua adalah inovasi tiada henti. Seorang entrepreneur harus segera menerjemahkan impian-impiannya menjadi inovasi untuk pengembangan bisnisnya. Jika impian dan tujuan hidup kita merupakan fondasi bangunan bisnis kita, inovasi dapat diibaratkan pilar-pilar yang menunjang kokohnya bisnis kita. Impian saja tidak cukup. Impian harus senantiasa ditunjang oleh inovasi yang tiada henti sehingga bangunan bisnis kita menjadi kokoh dalam badai kesulitan dan tantangan. Setiap fondasi baru yang kita buat, harus diikuti oleh pilar-pilar bangunan sebagai kerangka bangunan keseluruhan. Setiap impian harus diikuti dengan inovasi sebagai kerangka pengembangan, kemudian barulah diikuti dengan product management, customer management, cashflow management, systems, dan sebagainya.
Inovasi adalah kreativitas yang diterjemahkan menjadi sesuatu yang dapat diimplementasikan dan memberikan nilai tambah atas sumber daya yang kita miliki. Jadi untuk senantiasa dapat berinovasi kita memerlukan kecerdasan kreatif (creative intelligence). Caranya adalah dengan berlatih untuk senantiasa menurunkan gelombang otak sedemikian sehingga kita dapat mencapai conscience kita sebagai sumber kreativitas dan intuisi bisnis kita.
Kebiasaan #3: Learn – Change and Grow
Kebiasaan ketiga yang sangat penting bagi seorang entrepreneur adalah senantiasa belajar, belajar dan belajar. Kehidupan ini penuh dengan berbagai peluang dan kesempatan untuk kemajuan, penyempurnaan dan pertumbuhan. Banyak sekali rahasia kehidupan yang harus dipecahkan dan hal-hal baru yang diciptakan oleh umat manusia untuk memenuhi impian dan membangun kenyamanan hidup. Oleh karenanya senantiasa tersedia ruang bagi munculnya gagasan ataupun ide-ide baru, perubahan dan penyempurnaan dalam setiap aspek kehidupan manusia. Sehingga ilmu pengetahuan dan teknologi senantiasa berkembang.
Berarti bahwa sesungguhnya kehidupan ini masih banyak sekali rahasia yang harus dipecahkan oleh umat manusia, melalui pengalaman dan pencarian yang tiada henti akan kebenaran. Makna lain dari pernyataan ini adalah bahwa apa pun yang terjadi dalam kehidupan kita adalah bagian dari sebuah proses alami untuk membantu kita dalam belajar, berubah dan bertumbuh ke arah yang lebih baik.
Manakala seorang entrepreneur berhenti untuk belajar dan memperbaiki diri, saat itulah berarti dia mengambil keputusan untuk berhenti menjadi seorang entrepreneur. Belajar bagi seorang entrepreneur sejati adalah proses yang dilakukan seumur hidup, seperti halnya perubahan itu senantiasa terjadi sepanjang perjalanan hidupnya.
Kebiasaan #4: Accumulate Your Assets
Tujuan akhir menjadi seorang entrepreneur bukanlah menjadi business owner maupun investor. Tujuan akhirnya adalah mencapai kebebasan finansial serta dapat meraih impian-impian kita. Ingat bahwa entrepreneur bukanlah profesi ataupun pekerjaan. Entrepreneurship adalah sebuah cara kita menjalani kehidupan kita. Seorang pemilik sebuah usaha yang sibuk bekerja untuk perusahaan miliknya belumlah menjadi seorang entrepreneur sejati (true entrepreneur). Ketika dia belum mampu meninggalkan pekerjaan tersebut dan bebas menggunakan waktu dan uang yang dimilikinya untuk mencapai impian atau menjalani kehidupan yang luar biasa (great life). Satu-satunya cara mencapai kebebasan finansial adalah dengan memiliki kebiasaan untuk mengakumulasikan atau menambah aset bagus kita di balance sheet sehingga menambah pemasukan ke dalam income statement kita.
Cara yang paling mudah bagi kita untuk mulai memiliki kebiasaan ini adalah dengan menabung. Karena yang penting bukan berapa jumlah yang kita tabung, melainkan kesadaran bahwa setiap bulan kita menjadi lebih kaya. Balance sheet pribadi maupun usaha yang kita miliki harus senantiasa menunjukkan penambahan aset kita. Inilah satu-satunya indikator bahwa kita telah mengakumulasi kapital yang kita miliki.
Kebiasaan #5: Use Leverage Concept to Build Your Business
Seorang entrepreneur yang cerdas harus mampu menggunakan tenaga dan waktu orang lain untuk mencapai impiannya. Sebagai ilustrasi, tahukah Anda bahwa setiap beberapa jam, restoran waralaba hamburger MacDonalds membuka satu gerai baru di seluruh dunia. Bagaimana mereka dapat melakukan hal tersebut. Bayangkan betapa efisien dan canggihnya para eksekutif dan karyawan MacDonalds sehingga mampu membangun satu outlet restoran setiap beberapa jam saja. Inilah contoh kekuatan dari leverage (pengungkit).
Contoh lain yang menarik adalah konsep pemasaran dengan sistem jaringan (network marketing). Bayangkan bahwa kita rata-rata bekerja 8 jam seminggu. Jika waktu produktif kita adalah 40 tahun, maka seumur hidup kita memiliki 80.000 jam kerja. Jika dalam jaringan kerja kita memiliki 1.000 anggota yang rata-rata bekerja satu jam sehari untuk bisnis network marketing kita, maka kita bisa menggantikan produktivitas seumur hidup kita hanya dalam 80 hari!!! Inilah kekuatan konsep leverage.
Kebiasaan #6: Nurture-Equip-Develop Your People
Untuk dapat mampu menggunakan waktu dan tenaga orang lain mengelola dan mengembangkan bisnis kita, seorang entrepreneur harus memiliki kemampuan dan passion untuk mengembangkan orang-orang di sekelilingnya. Seorang pemimpin yang baik tidak diukur dari berapa banyak pengikutnya atau pegawainya, tetapi dari kualitas orang-orang yang mengikutinya serta berapa banyak pemimpin-pemimpin baru di sekelilingnya.
Biasanya tidak lebih dari 20% dari total orang-orang kita yang berpotensi untuk dikembangkan terus. Dari 20% orang-orang inilah kita memilih sekitar 20% dari mereka untuk kita kembangkan menjadi pemimpin-pemimpin yang kelak akan mengembangkan dan menggantikan kita. Inilah proses yang disebut dengan developing, yang tidak sekedar meningkatkan keterampilan tetapi lebih penting adalah mengembangkan karakter dan kemampuan intra maupun inter- personal sebagai pemimpin bisnis. Jadi seorang entrepreneur yang cerdas harus senantiasa mengembangkan orang-orang di sekelilingnya agar pada gilirannya dapat menggunakan konsep leverage untuk mengembangkan bisnisnya.
Kebiasaan #7: Systemize Your Business
Sebuah usaha baru dapat dikatakan established ketika sudah dapat membangun sistem bisnis yang efektif dan efisien. Seperti halnya tubuh manusia adalah sebuah sistem yang terdiri atas beberapa sistem, perusahaan adalah sebuah sistem juga yang terdiri dari beberapa sistem. Jika tubuh manusia terdiri atas antara lain: sistem aliran darah, sistem pernapasan, sistem pencernaan dan sebagainya, perusahaan juga terdiri atas sejumlah sistem antara lain: sistem operasional harian, sistem pengembangan produk, sistem inventori, sistem administrasi penjualan, sistem pengelolaan piutang, sistem pemasaran, dan sebagainya.
Sebagai entrepreneur atau pemimpin bisnis, salah satu tugas utama kita adalah menyiapkan dan menyempurnakan sistem-sistem tersebut sehingga pada akhirnya organisasi tidak tergantung pada orang semata, tetapi sistem yang dijalankan oleh sumber daya manusia yang berkualitas.
Kebiasaan # 8: Build Network & Alliances
Saya mengenal tiga orang teman yang pernah mengalami kejatuhan dalam bisnis sehingga mereka harus memulai segala sesuatunya dari nol (bahkan negatif, karena saat itu mereka terbelit utang). Sekarang ketiganya telah berhasil mengatasi kesulitannya, namun dengan kondisi yang sangat berbeda.
Dalam suatu kesempatan, saya bertanya kepada teman saya yang paling berhasil dari ketiga orang teman saya tersebut, apa yang menjadi rahasia keberhasilan dia. Pada awalnya ia menjelaskan kiat-kiat bisnis dan bisnis apa yang menurutnya sangat baik. Namun, jawaban dari pertanyaan mendasar saya apa yang paling penting untuk memulai segalanya dari nol adalah karena ia dibantu oleh jaringannya. Ia memiliki jaringan yang cukup kuat untuk membantunya, baik dari segi peluang bisnis, modal, maupun akses pada pemerintah.
Memang, memiliki jaringan yang baik saja tidak cukup. Jaringan merupakan prasyarat penting bagi kita untuk memulai segala sesuatunya ketika kita tidak memiliki apa pun. Jangan meremehkan apa yang bisa dilakukan oleh jaringan kita. Sekali lagi bahwa no man is an island. Sekecil apa pun jaringan yang kita miliki sekarang, mulailah membangunnya serta merawat dan memeliharanya. Kita tidak pernah tahu kapan kita membutuhkan jaringan tersebut.
Keberhasilan kita menjadi entrepreneur sejati sangatlah tergantung pada jaringan dan mitra bisnis kita. Oleh karena itu membangun jaringan dan mengembangkan aliansi dan kemitraan bisnis merupakan kebiasaan yang harus senantiasa kita kembangkan.
Kebiasaan #9: Be A Smart Investor
Salah satu kekuatan entrepreneur yang cerdas dan sukses adalah kemampuannya dalam mengelola portofolio asetnya sehingga senantiasa berkembang dan bertambah banyak. Kemampuan mengelola portofolio aset adalah kemampuan yang terbentuk karena kebiasaan dan pengalaman yang panjang. Oleh karena itu, kita harus memiliki kebiasaan untuk selalu belajar dan melakukan investasi bisnis yang tepat dalam pengelolaan portofolio aset kita. Menjadi entrepreneur yang sukses bukanlah sekedar memiliki usaha sendiri namun juga mampu mengelola portofolio aset kita dan mengembangkan bisnis secara vertikal dan horisontal.
Kebiasaan #10: The Power of Giving: Give and Be Grateful
Kebiasaan kesepuluh seorang entrepreneur sejati adalah beramal dan mengucap syukur. Tuhan telah menciptakan alam semesta dengan segala kelimpahannya untuk kita syukuri dan nikmati. Kita diberikan kuasa untuk menjadi co-creator, rekan sekerja Tuhan, untuk menciptakan realitas kehidupan yang kita inginkan. Inilah yang menjadi rahasia mengapa orang-orang sukses seperti Andrew Carnegie, Bill Gates, John Rockefeller, Alfred Nobel, dan sebagainya adalah philanthropist (dermawan) sejati. Mereka memahami benar makna memberi dan mengucap syukur (charity and gratitude).
Proses penciptaan realitas kehidupan kita diawali dengan keyakinan. Cara menunjukkan keyakinan atau iman tersebut adalah dengan mengucap syukur atas kelimpahan berkat yang diberikan Tuhan (thankfulness in advance – to be grateful before the creation). Jadi mengucap syukur merupakan keharusan yang tidak bisa kita hindari jika kita ingin menciptakan atau memimpikan sesuatu. Seringkali kita justru berdoa dalam kerangka berpikir kekurangan (statement of lack), padahal justru sebaliknya kita harus berdoa dengan penuh rasa syukur atas segala berkat kelimpahanNya dalam kehidupan kita (statement of gratitude).
Beramal (charity) adalah pengungkapan syukur (gratitude) kita atas anugerah kelimpahan dari Tuhan, sehingga bawah sadar kita berpikir bahwa kita berkecukupan bahkan berkelimpahan (prosperity consciousness). Pesan inilah yang ditangkap alam pikiran bawah sadar kita, menjadi sebuah afirmasi yang jika berulang-ulang dilakukan, maka bawah sadar kita akan mencari jalan untuk mewujudkan kehidupan berkelimpahan itu bagi kita.
Semoga tulisan ini dapat membantu para profesional, eksekutif dan bahkan para pengusaha muda untuk menjadi lebih cerdas dalam mengelola aset dan sumber daya yang mereka miliki secara kreatif dan inovatif sehingga terhindar dari kesulitan finansial di masa depan.
Sumber : Media Online
0 komentar:
Posting Komentar