:: Sebuah Hukuman

09.13 Diposting oleh College student

Setelah aku membaca sebuah buku berjudul "Setengah Isi Setengah Kosong", karya Parlindungan Marpaung. Dikisahkan sepasang suami istri yang bekerja meninggalkan anaknya yang berusia 3 tahun bernama Ita, bersama sang pembantunya dirumah. Namanya juga anak-anak yang masih suka mengekplorasi diri, Ita pun demikian. Sambil bermain dia mencoret-coret tanah di halaman dengan lidi, sementara pembantunya menjemur kain deket garasi. Puas dengan mencoret tanah, ia menemukan sebuah paku berkarat dan mulai mencoba menggores-gores mobil ayahnya yang berwarna hitam. Karena masih baru, mobil tersebut jarang dipergunakan oleh ayahnya ke kantor. Maka, penuhlah mobil tersebut dengan coretan-coretan gambar Ita.

Begitu ayahnya pulang, dengan bangga Ita memberi tahu tentang gambar-gambar yang sudah dibuat dimobil baru ayahnya tersebut. Bukan pujian yang diterimanya, melainkan kemarahan yang sangat besar. Pertama kali yang kena damprat adalah sang pembantu karena dianggap tidak mengawasi Ita dirumah. Baru giliran anaknya yang dihukum. Demi mendisiplinkan anak, maka si ayah mulai menghajar anaknya, tidak hanya dengan kata-kata tetapi dengan pukulan. Dipukulah kedua tepak tangan dan punggung tangan anaknya dengan apa saja yang ditemukan disitu. Mulai dengan mistar, ranting, sampai lidi disertai luapan emosi yang tidak terkendali.

"Ampun ,"Bah! Sakit....sakit, ampun!" jerit Ita sambil menahan sakit ditangannya yang sudah mulai berdarah-darah. Si ibu hanya diam saja, seolah-olah merestui tindakan disiplin yang ditegakkan oleh suaminya.

Puas menghajar anaknya, si ayah menyuruh pembantu untuk membawa Ita kekamarnya. Sore hari ketika dimandikan Ita menjerit-jerit menahan pedih. Esoknya tangan Ita mulai membengkak, sementara ayah dan ibunya tetap bekerja seperti biasa. Ketika dilaporkan oleh pembantunya, ibu Ita hanya mengatakan,"Oleskan obat saja!".

Hari berganti hari, hingga suhu badan Ita sudah mulai panas karena luka tangannya sudah terinfeksi. Ketika dilaporkan orang tuannya pun hanya mengatakan supaya supaya diberi obat penurun panas. Hingga suatu malam, panasnya semakin tinggi, bahkan Ita mulai mengiggau. Buru-buru mereka membawa Ita kerumah sakit pada malam itu juga.

Hasil diaknosis dokter menyimpukan bahwa demam Ita berasal dari tangganya yang sudah terinfeksi dan busuk akibat luka-lukannya. Setelah seminggu diopname disana, dokter memanggil ayah dan ibunya dan mengatakan, "Tidak ada pilihan lain....."

Dokter mengusulkan agar kedua tangan anak itu diamputasi karena infeksi yang terjadi sudah terlalu parah. "Ini sudah bernanah dan membusuk, untuk menyelamatkan nyawa Ita, tangannya harus diamputasi!"

Mendengar berita ini, orangtua Ita bagai disambar petir. Dengan airmata berurai dan tangannya bergetar, mereka menanda tangani surat persetujuan amputasi anak yang paling dikasihinya.

Setelaah sadar dari pembiusan oprasinya Ita yang terbangun sambil menahan rasa sakit dan bingung melihat tangannya yang dibalut kain putih. Lebih kaget lagi, dia melihat kedua orang tuannya dan pembantunya menangis disampingnya. Sambil menahan rasa sakit, Ita berkata kepada orang tuanya, "Abah....Mama, Ita tidak akan melakukannya lagi.....Ita sayang Abah, sayang Mama, juga sayang Bibi. Ita minta ampun sudah mencoret-coret mobil Abah!" Si ibu dan ayah semakin menangis mendengar kata-kata Ita tersebut.

"Bah, sekarang tolong kembalikan tangan Ita, untuk apa diambil. Ita janji tidak akan melakukannya lagi. Bagaimana kalau nanti Ita mau main dengan teman-teman karena tangan Ita sudah diambil. Abah......Mama, tolong kembaliin, pinjam sebentar saja. Ita mau menyalami Abah, Mama dan Bibi untuk minta maaf!"

Menyesal bagi kedua orangtua Ita sudah tiadaguna, nasi telah menjadi bubur. Kemarahan yang tidak terkendali sering mengakibatkan penyesalan yang dalam.

Related Posts by Categories



3 komentar:

  1. icHaaWe mengatakan...

    iiihhh foto dedeknya lucu banget

  2. Toge mengatakan...

    Astaghfirullah, semoga kejadian seperti ini tidak menimpa ke kita semua , amin.

  3. Monica Ria mengatakan...

    Selipkan juga doa - doa untuk para orang tua saat kita berdoa / sembahyang, supaya diberi kesabaran dalam mengasuh anak - anaknya.