:: Entrepreneurial Intelligence (Entre Q)

18.40 Diposting oleh College student

Oleh Penulis Tamu:
Aribowo Prijosaksono


Sungguh suatu ironi, bahwa sebagian besar kelompok masyarakat kelas menengah atas dan berpendidikan tinggi ini tidak mampu mengkapitalisasi pendapatan yang mereka peroleh secara kreatif sehingga menjadi aset yang bisa memberikan jaminan bagi hari tua dan masa depan anak-anaknya.
Kelompok ini tidak hanya terdiri dari para profesional saja tetapi juga mencakup para pengusaha muda dan pemilik bisnis yang notabene selama ini termasuk dalam kategori “wirausaha” atau “entrepreneur” yang sukses.

Mereka mampu memperoleh pendapatan yang besar (rich) tetapi tidak mampu mengelolanya dengan baik, sehingga dengan gaya hidup yang berlebihan akhirnya mereka menjadi konsumtif dan tidak memiliki kemapanan secara finansial (wealthy).
Dalam Sajian Utama majalah SWA edisi 21 Juli 2004, berdasarkan survei Citibank bekerja sama dengan AC Nielsen, tergambar bahwa 80% professional, manager, executive & businessman usia 30 – 45 tahun, yang bergaji Rp 15,2 – 20,7 juta/bulan terancam miskin di hari tua. Mereka konsumtif, besar pasak daripada tiang, investasi kacau dan tak siap di hari tua.
Inilah salah satu hal yang mendorong saya untuk menulis topik mengenai kecerdasan kewirausahaan (entrepreneurial intelligence atau Entre-Q) sebagai bagian dari manajemen diri, yaitu bagaimana kita dapat mengendalikan kehidupan kita, secara finansial, emosional, sosial dan spiritual baik di masa kini maupun di masa depan.
Tulisan ini bukan mengenai bagaimana menjadi pengusaha sukses, bukan pula tentang bagaimana memulai bisnis Anda sendiri. Tetapi melalui tulisan ini saya mencoba mengubah pola pikir dan pola tindak kita dalam membangun sikap dan perilaku entrepreneur dalam diri kita.
Entre-Q kami definisikan dalam bahasa Inggris sebagai “the spirit and ability to create added value from the implementation of creativity and personal strengths into a sustainable and profitable business venture,” yaitu dorongan hati dan kemampuan seseorang untuk memanfaatkan kreativitas dan kekuatan pribadinya menjadi sebuah usaha atau bisnis yang bisa memberi nilai tambah bagi dirinya.
Dengan kata lain, Kecerdasan berwirausaha (Entrepreneurial Intelligence) adalah kemampuan seseorang dalam mengenali dan mengelola diri serta berbagai peluang maupun sumber daya di sekitarnya secara kreatif untuk menciptakan nilai tambah maksimal bagi dirinya secara berkelanjutan.
Seperti yang diuraikan dalam artikel di atas, untuk mencegah kemungkinan kesulitan keuangan di hari tua, kita harus mengubah paradigma untuk mulai berorientasi ke arah kemapanan finansial dibanding kekayaan semata, diikuti dengan melakukan perencanaan keuangan dan investasi. Salah satunya antara lain adalah dengan memulai dan membangun bisnis yang dapat memberikan passive income (pendapatan yang terus kita peroleh meskipun kita sudah tidak bekerja lagi) yang dapat menjamin hari tua kita.
Kecerdasan wirausaha (Entrepreneurial Intelligence) bukan sekedar keterampilan membangun bisnis semata, tetapi lebih dari itu adalah sebuah pola pikir dan pola tindak yang menghasilkan kreativitas dan inovasi yang bertujuan untuk senantiasa memberikan nilai tambah dari setiap sumber daya yang kita miliki.
Setiap kita dapat menjadi entrepreneur yang sukses dan mencapai kemapanan finansial untuk meraih semua impian-impian kita. Setiap kita diciptakan Tuhan untuk memiliki kehidupan terbaik serta memberi manfaat bagi dunia di sekitar kita. Tuhan telah memberikan anugerah yang luar biasa kepada manusia, yaitu: kesadaran diri, imajinasi, hati kecil (conscience), dan kehendak bebas untuk menyadari keberadaan dan misi hidup kita, serta mengambil keputusan untuk menjadi (to be) apa pun yang kita impikan.
Jika kita memilih untuk menjadi entrepreneur yang sukses, hal pertama yang perlu kita miliki adalah keyakinan dan keberanian untuk memulai langkah pertama kita, keluar dari zona kenyamanan kita dan mulai mengubah diri (transformasi) melalui serangkaian kebiasaan-kebiasaan baru menjadi seorang entrepreneur. Karena kita tidak bisa mengharapkan hasil yang berbeda dengan melakukan hal-hal yang sama berulang-ulang.
Untuk menjadi entrepreneur sukses kita harus berubah. Kita harus memiliki keberanian untuk mengambil langkah pertama dan senantiasa fokus kepada impian kita. Untuk berubah menjadi seorang entrepreneur yang sukses, ada sepuluh kebiasaan yang perlu kita lakukan dalam kehidupan kita sehari-hari, yaitu:

Kebiasaan #1 : Find Your Purpose and Dream All the Time
Sukses adalah sebuah perjalanan, bukan tujuan. Setiap saat kita mencapai target, goal atau impian kita, maka segeralah membuat impian-impian baru yang dapat memacu kita dan memberi semangat serta antusiasme untuk mencapainya. Biasakanlah untuk memiliki target, baik harian, bulanan maupun tahunan. Apakah itu berupa peningkatan omset usaha, tingkat keuntungan, mobil idaman, rumah baru, kantor baru, dan sebagainya. Apa pun impian atau target kita, ingat kata kunci SMART (specific, measurable, achieveable, Reality-based, Time frame): harus spesifik dan jelas, terukur, dapat dicapai berdasarkan realitas atau kondisi kita saat ini dan memiliki jangka waktu tertentu.

Kebiasaan #2: Never-ending Innovation
Kebiasaan kedua adalah inovasi tiada henti. Seorang entrepreneur harus segera menerjemahkan impian-impiannya menjadi inovasi untuk pengembangan bisnisnya. Jika impian dan tujuan hidup kita merupakan fondasi bangunan bisnis kita, inovasi dapat diibaratkan pilar-pilar yang menunjang kokohnya bisnis kita. Impian saja tidak cukup. Impian harus senantiasa ditunjang oleh inovasi yang tiada henti sehingga bangunan bisnis kita menjadi kokoh dalam badai kesulitan dan tantangan. Setiap fondasi baru yang kita buat, harus diikuti oleh pilar-pilar bangunan sebagai kerangka bangunan keseluruhan. Setiap impian harus diikuti dengan inovasi sebagai kerangka pengembangan, kemudian barulah diikuti dengan product management, customer management, cashflow management, systems, dan sebagainya.
Inovasi adalah kreativitas yang diterjemahkan menjadi sesuatu yang dapat diimplementasikan dan memberikan nilai tambah atas sumber daya yang kita miliki. Jadi untuk senantiasa dapat berinovasi kita memerlukan kecerdasan kreatif (creative intelligence). Caranya adalah dengan berlatih untuk senantiasa menurunkan gelombang otak sedemikian sehingga kita dapat mencapai conscience kita sebagai sumber kreativitas dan intuisi bisnis kita.

Kebiasaan #3: Learn – Change and Grow
Kebiasaan ketiga yang sangat penting bagi seorang entrepreneur adalah senantiasa belajar, belajar dan belajar. Kehidupan ini penuh dengan berbagai peluang dan kesempatan untuk kemajuan, penyempurnaan dan pertumbuhan. Banyak sekali rahasia kehidupan yang harus dipecahkan dan hal-hal baru yang diciptakan oleh umat manusia untuk memenuhi impian dan membangun kenyamanan hidup. Oleh karenanya senantiasa tersedia ruang bagi munculnya gagasan ataupun ide-ide baru, perubahan dan penyempurnaan dalam setiap aspek kehidupan manusia. Sehingga ilmu pengetahuan dan teknologi senantiasa berkembang.
Berarti bahwa sesungguhnya kehidupan ini masih banyak sekali rahasia yang harus dipecahkan oleh umat manusia, melalui pengalaman dan pencarian yang tiada henti akan kebenaran. Makna lain dari pernyataan ini adalah bahwa apa pun yang terjadi dalam kehidupan kita adalah bagian dari sebuah proses alami untuk membantu kita dalam belajar, berubah dan bertumbuh ke arah yang lebih baik.
Manakala seorang entrepreneur berhenti untuk belajar dan memperbaiki diri, saat itulah berarti dia mengambil keputusan untuk berhenti menjadi seorang entrepreneur. Belajar bagi seorang entrepreneur sejati adalah proses yang dilakukan seumur hidup, seperti halnya perubahan itu senantiasa terjadi sepanjang perjalanan hidupnya.

Kebiasaan #4: Accumulate Your Assets
Tujuan akhir menjadi seorang entrepreneur bukanlah menjadi business owner maupun investor. Tujuan akhirnya adalah mencapai kebebasan finansial serta dapat meraih impian-impian kita. Ingat bahwa entrepreneur bukanlah profesi ataupun pekerjaan. Entrepreneurship adalah sebuah cara kita menjalani kehidupan kita. Seorang pemilik sebuah usaha yang sibuk bekerja untuk perusahaan miliknya belumlah menjadi seorang entrepreneur sejati (true entrepreneur). Ketika dia belum mampu meninggalkan pekerjaan tersebut dan bebas menggunakan waktu dan uang yang dimilikinya untuk mencapai impian atau menjalani kehidupan yang luar biasa (great life). Satu-satunya cara mencapai kebebasan finansial adalah dengan memiliki kebiasaan untuk mengakumulasikan atau menambah aset bagus kita di balance sheet sehingga menambah pemasukan ke dalam income statement kita.
Cara yang paling mudah bagi kita untuk mulai memiliki kebiasaan ini adalah dengan menabung. Karena yang penting bukan berapa jumlah yang kita tabung, melainkan kesadaran bahwa setiap bulan kita menjadi lebih kaya. Balance sheet pribadi maupun usaha yang kita miliki harus senantiasa menunjukkan penambahan aset kita. Inilah satu-satunya indikator bahwa kita telah mengakumulasi kapital yang kita miliki.

Kebiasaan #5: Use Leverage Concept to Build Your Business
Seorang entrepreneur yang cerdas harus mampu menggunakan tenaga dan waktu orang lain untuk mencapai impiannya. Sebagai ilustrasi, tahukah Anda bahwa setiap beberapa jam, restoran waralaba hamburger MacDonalds membuka satu gerai baru di seluruh dunia. Bagaimana mereka dapat melakukan hal tersebut. Bayangkan betapa efisien dan canggihnya para eksekutif dan karyawan MacDonalds sehingga mampu membangun satu outlet restoran setiap beberapa jam saja. Inilah contoh kekuatan dari leverage (pengungkit).
Contoh lain yang menarik adalah konsep pemasaran dengan sistem jaringan (network marketing). Bayangkan bahwa kita rata-rata bekerja 8 jam seminggu. Jika waktu produktif kita adalah 40 tahun, maka seumur hidup kita memiliki 80.000 jam kerja. Jika dalam jaringan kerja kita memiliki 1.000 anggota yang rata-rata bekerja satu jam sehari untuk bisnis network marketing kita, maka kita bisa menggantikan produktivitas seumur hidup kita hanya dalam 80 hari!!! Inilah kekuatan konsep leverage.

Kebiasaan #6: Nurture-Equip-Develop Your People
Untuk dapat mampu menggunakan waktu dan tenaga orang lain mengelola dan mengembangkan bisnis kita, seorang entrepreneur harus memiliki kemampuan dan passion untuk mengembangkan orang-orang di sekelilingnya. Seorang pemimpin yang baik tidak diukur dari berapa banyak pengikutnya atau pegawainya, tetapi dari kualitas orang-orang yang mengikutinya serta berapa banyak pemimpin-pemimpin baru di sekelilingnya.
Biasanya tidak lebih dari 20% dari total orang-orang kita yang berpotensi untuk dikembangkan terus. Dari 20% orang-orang inilah kita memilih sekitar 20% dari mereka untuk kita kembangkan menjadi pemimpin-pemimpin yang kelak akan mengembangkan dan menggantikan kita. Inilah proses yang disebut dengan developing, yang tidak sekedar meningkatkan keterampilan tetapi lebih penting adalah mengembangkan karakter dan kemampuan intra maupun inter- personal sebagai pemimpin bisnis. Jadi seorang entrepreneur yang cerdas harus senantiasa mengembangkan orang-orang di sekelilingnya agar pada gilirannya dapat menggunakan konsep leverage untuk mengembangkan bisnisnya.

Kebiasaan #7: Systemize Your Business
Sebuah usaha baru dapat dikatakan established ketika sudah dapat membangun sistem bisnis yang efektif dan efisien. Seperti halnya tubuh manusia adalah sebuah sistem yang terdiri atas beberapa sistem, perusahaan adalah sebuah sistem juga yang terdiri dari beberapa sistem. Jika tubuh manusia terdiri atas antara lain: sistem aliran darah, sistem pernapasan, sistem pencernaan dan sebagainya, perusahaan juga terdiri atas sejumlah sistem antara lain: sistem operasional harian, sistem pengembangan produk, sistem inventori, sistem administrasi penjualan, sistem pengelolaan piutang, sistem pemasaran, dan sebagainya.
Sebagai entrepreneur atau pemimpin bisnis, salah satu tugas utama kita adalah menyiapkan dan menyempurnakan sistem-sistem tersebut sehingga pada akhirnya organisasi tidak tergantung pada orang semata, tetapi sistem yang dijalankan oleh sumber daya manusia yang berkualitas.

Kebiasaan # 8: Build Network & Alliances
Saya mengenal tiga orang teman yang pernah mengalami kejatuhan dalam bisnis sehingga mereka harus memulai segala sesuatunya dari nol (bahkan negatif, karena saat itu mereka terbelit utang). Sekarang ketiganya telah berhasil mengatasi kesulitannya, namun dengan kondisi yang sangat berbeda.
Dalam suatu kesempatan, saya bertanya kepada teman saya yang paling berhasil dari ketiga orang teman saya tersebut, apa yang menjadi rahasia keberhasilan dia. Pada awalnya ia menjelaskan kiat-kiat bisnis dan bisnis apa yang menurutnya sangat baik. Namun, jawaban dari pertanyaan mendasar saya apa yang paling penting untuk memulai segalanya dari nol adalah karena ia dibantu oleh jaringannya. Ia memiliki jaringan yang cukup kuat untuk membantunya, baik dari segi peluang bisnis, modal, maupun akses pada pemerintah.
Memang, memiliki jaringan yang baik saja tidak cukup. Jaringan merupakan prasyarat penting bagi kita untuk memulai segala sesuatunya ketika kita tidak memiliki apa pun. Jangan meremehkan apa yang bisa dilakukan oleh jaringan kita. Sekali lagi bahwa no man is an island. Sekecil apa pun jaringan yang kita miliki sekarang, mulailah membangunnya serta merawat dan memeliharanya. Kita tidak pernah tahu kapan kita membutuhkan jaringan tersebut.
Keberhasilan kita menjadi entrepreneur sejati sangatlah tergantung pada jaringan dan mitra bisnis kita. Oleh karena itu membangun jaringan dan mengembangkan aliansi dan kemitraan bisnis merupakan kebiasaan yang harus senantiasa kita kembangkan.

Kebiasaan #9: Be A Smart Investor
Salah satu kekuatan entrepreneur yang cerdas dan sukses adalah kemampuannya dalam mengelola portofolio asetnya sehingga senantiasa berkembang dan bertambah banyak. Kemampuan mengelola portofolio aset adalah kemampuan yang terbentuk karena kebiasaan dan pengalaman yang panjang. Oleh karena itu, kita harus memiliki kebiasaan untuk selalu belajar dan melakukan investasi bisnis yang tepat dalam pengelolaan portofolio aset kita. Menjadi entrepreneur yang sukses bukanlah sekedar memiliki usaha sendiri namun juga mampu mengelola portofolio aset kita dan mengembangkan bisnis secara vertikal dan horisontal.

Kebiasaan #10: The Power of Giving: Give and Be Grateful
Kebiasaan kesepuluh seorang entrepreneur sejati adalah beramal dan mengucap syukur. Tuhan telah menciptakan alam semesta dengan segala kelimpahannya untuk kita syukuri dan nikmati. Kita diberikan kuasa untuk menjadi co-creator, rekan sekerja Tuhan, untuk menciptakan realitas kehidupan yang kita inginkan. Inilah yang menjadi rahasia mengapa orang-orang sukses seperti Andrew Carnegie, Bill Gates, John Rockefeller, Alfred Nobel, dan sebagainya adalah philanthropist (dermawan) sejati. Mereka memahami benar makna memberi dan mengucap syukur (charity and gratitude).
Proses penciptaan realitas kehidupan kita diawali dengan keyakinan. Cara menunjukkan keyakinan atau iman tersebut adalah dengan mengucap syukur atas kelimpahan berkat yang diberikan Tuhan (thankfulness in advance – to be grateful before the creation). Jadi mengucap syukur merupakan keharusan yang tidak bisa kita hindari jika kita ingin menciptakan atau memimpikan sesuatu. Seringkali kita justru berdoa dalam kerangka berpikir kekurangan (statement of lack), padahal justru sebaliknya kita harus berdoa dengan penuh rasa syukur atas segala berkat kelimpahanNya dalam kehidupan kita (statement of gratitude).
Beramal (charity) adalah pengungkapan syukur (gratitude) kita atas anugerah kelimpahan dari Tuhan, sehingga bawah sadar kita berpikir bahwa kita berkecukupan bahkan berkelimpahan (prosperity consciousness). Pesan inilah yang ditangkap alam pikiran bawah sadar kita, menjadi sebuah afirmasi yang jika berulang-ulang dilakukan, maka bawah sadar kita akan mencari jalan untuk mewujudkan kehidupan berkelimpahan itu bagi kita.
Semoga tulisan ini dapat membantu para profesional, eksekutif dan bahkan para pengusaha muda untuk menjadi lebih cerdas dalam mengelola aset dan sumber daya yang mereka miliki secara kreatif dan inovatif sehingga terhindar dari kesulitan finansial di masa depan.

Sumber : Media Online

:: Am I an Entrepreneur?

07.45 Diposting oleh College student

Do you have what it takes to be an entrepreneur? This quiz allows you to compare yourself with successful self-made business people on some key traits and characteristics. Completing it will give you some insight into your own distinctive style.

via An Entrepreneur’s Life.
In Posts

:: Tokoh Entrepreneur

04.04 Diposting oleh College student

Irawan Purwono
Inspirator Bagi Entrepreneur Pemula

Kisah tentangnya sebagai wirausahawan sukses yang berhasil memulai bisnis dari puing-puing kegagalan, telah mendorong sekaligus menyemangati para pebisnis pemula untuk berani memulai usaha. Irawan Purwono adalah seorang entrepreneur yang memiliki inspirasi yang kuat dalam berbisnis, sehingga namanya sangat layak untuk disejajarkan dengan para pempimpin perusahaan terkemuka dunia lainnya.

Bahkan, nama Irawan Purwono selaku Chief Executive Officer (CEO) PT Nusantara Compnet Integrator (CompNet) pernah masuk sebagai finalis World Entrepreneur of The Year (WOEY) Tahun 2004, sebuah gelanggang pertemuan tahunan para pemimpin tertinggi perusahaan-perusahaan terbaik dunia yang digelar oleh Ernst&Young di Monte Carlo, Monaco.

Ajang unjuk prestasi serta pemaparan semangat dan jiwa kewirausahaan (entrepreneurship) para CEO dari seluruh dunia, khusus di Indonesia penilaian para finalisnya dilakukan oleh sejumlah anggota Dewan Juri yang sudah dikenal piawai dan kompeten di bidangnya. Saat itu, mereka terdiri Mari E. Pangestu (kini Menteri Perdagangan RI), Eva Riyanti Hutapea, Noke Kiroyan, Stanley Atmadja, dan Sihol Siagian.


Kepada Dewan Juri, Irawan Purwono kelahiran Semarang 7 September 1960 lantas membeberkan secara terbuka semua kisah perjalanannya berbisnis berikut pasang-surut dan gagal-kisah sukses perjalanan perusahaan PT Nusantara Compnet Integrator (CompNet), sebuah entitas bisnis baru yang secara khusus menyediakan jasa pelayanan solusi total sistem integrasi jaringan komputer.


Integrasi sistem jaringan komputer antara lain berfungsi sebagai infrastruktur jaringan komunikasi dan informasi data bisnis dalam satu gedung (local areas network), hingga yang lebih luas antar gedung atau antar benua (wide area network).

Irawan Purwono, seorang insinyur teknik elektro lulusan ITB Bandung (September 1986), di hadapan dewan juri juga membuka semua kinerja keuangan perusahaan berikut unsur-unsur inovasi dan ide orisinil yang dimiliki membangun bisnis.
Demikian pula misi dan visi perusahaan yang didirikan oleh ayah tiga orang anak lelaki ini dalam mendirikan CompNet, hingga kini dikenal sebagai sebuah sistem integrator jaringan komputer terkemuka Indonesia.


Irawan juga mengutopiakan mimpi untuk membawa perusahaan menjadi sekelas MNC (mutinational companies), yang berbasis di Indonesia namun beroperasi di berbagai negara.

Finalis WEOY
Irawan Purwono memang belum berkesempatan untuk terpilih dan berangkat ke Monaco, mewakili Indonesia dalam forum World Entrepreneur of The Year (WEOY) yang dilangsungkan setahun kemudian pada 28 Mei 2005 di Monte Carlo, Monaco. Akan tetapi, ketika namanya diumumkan menjadi finalis saja sudah banyak kolega dan rekan-rekan bisnis yang kadung dengan segera memberikan ucapan selamat kepada Irawan, baik melalui telepon maupun SMS. Salah satu bunyinya, yang terbanyak terekam, antara lain, “Congratulations, You are setingkat Mochtar Riady”.


Ya, Mochtar Riady pendiri dan pemilik Grup Lippo yang juga dikenal sebagai “Filsuf Bisnis Keuangan”, bersama Irawan Purwono adalah nama-nama di antara 15 Finalis WEOY 2004.
Ini menunjukkan penilaian objektif dari para Dewan Juri, yang walau skala bisnis mereka berbeda namun keduanya memiliki nilai dan jiwa serta semangat kewirausahaan yang sama tinggi sehingga sukses membangun bisnis bermula dari bawah.


Ada nilai-nilai yang mempersamakan Irawan Purwono dan Mochtar Riady sehingga Dewan Juri layak menyejajarkan keduanya bersama yang lain sebagai finalis. Para finalis EoY 2004 memang sudah terbukti semua memiliki spirit entrepreneurship yang tangguh.


Selengkapnya nama-nama mereka adalah Garibaldi Thohir (PT Wahana Ottomitra Multiartha), Hariono (Dayu Group), Irawan Purwono (PT Nusantara Compnet Integrator), Johannes Oentoro (Yayasan Pelita Harapan), Mochtar Riady (Lippo Grup), Moetaryanto (Group Petrolog), Rijanto Joesoef (PT Surya Multi Indopack), Rudy Wanandi (PT Asuransi Wahana Tata), Saripin Taidy (PT Probesco Disatama), Setyono Djuandi Darmono (PT Jababeka Tbk), Simarba Atong Tjia (President Director & Owner, Cahaya Buana Intitama), Sumadi Kusuma (PT Ocean Global Shipping/Global Putra International Group), UT Murphy Hutagalung (Presdir Arion Paramita Holding Company), dan Zakiah Ambadar (Managing Director, PT Lembanindo Tirta Anugrah).

Berjaya di Saat Krisis
Irawan pun mahfum menjadi entrepreneur terkemuka rupanya bukan semata-mata ditentukan oleh besarnya revenue perusahaan, kapitalisasi, modal yang dimiliki, atau semata-mata hanya terbatas bagi para konglomerat yang sudah berhasil dan malang melintang di dunia bisnis.


Melainkan bagaimana sesungguhnya kegigihan para pendiri dalam membangun usaha, dan apa semangat yang menjiwai pengelolaan perusahaan hingga berhasil. Dan, justru ini menurut Irawan yang lebih terutama, apa saja inspirasi baru yang dapat ditawarkan oleh sang entrepreneur sampai-sampai bisa menulari banyak orang untuk berani terjun menjadi wirausahawan sejati.


Irawan Purwono awalnya bergerak hanya bersama lima orang sahabat, sebagai pendiri dan pemilik perusahaan saat memulai PT Nusantara Compnet Integrator (CompNet) Maret 1997, persis beberapa bulan sebelum krisis ekonomi berskala multidimensional melanda Indonesia.


Bisa dibayangkan, dalam kalkulasi bisnis saat itu adalah mustahil sebuah perusahaan yang baru berdiri apalagi memiliki komitmen kuat untuk hanya bergerak fokus pada bidang penyediaan jasa solusi total sistem integrasi jaringan komputer, dapat bertahan.


Sebab semua perusahaan yang potensial menjadi customer kekuatan daya beli dan determinasi mereka benar-benar sedang menghilang. Seperti kalangan perbankan, yang kebanyakan sudah dimasukkan ke program penyehatan di Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN).


Tetapi dengan semangat kewirausahaan yang tinggi Irawan berhasil memompa daya juang para karyawan yang jumlahnya masih terbatas, agar memiliki sikap yang tangguh dan keahlian yang tinggi, serta dapat dipertanggungjawabkan untuk membangun kepercayaan pelanggan.


Karena solusi sistem integrasi jaringan yang dibangun dimaksudkan untuk membuat pelanggan dapat menjalankan roda bisnis perusahaan menjadi lebih cepat, CompNet, yang menyediakan solusi justru di tengah-tengah krisis ekonomi yang sedang melanda, pada akhirnya dapat bertahan bahkan segera berhasil meraih kepercayaan pelanggan dalam waktu singkat.


CompNet berjaya justru di saat krisis memuncak. CompNet sukses membangun sejumlah instalasi jaringan komputer secara terintegrasi sesuai standar internasional.


Sebagai bukti keberhasilannya menyediakan solusi, tak berapa lama, atau hanya dua tahun sesudah berdiri CompNet tampil sebagai perusahaan lokal pertama yang berhasil meraih penghargaan sebagai “Cisco Silver Certified Partner” dari Cisco Systems Indonesia November 1999.


Sebuah pencapaian yang tidak mudah, sesungguhnya. Sebab terbukti untuk dapat naik pangkat menjadi “Gold Certified Partner of Cisco System”, CompNet membutuhkan waktu cukup lama hingga baru berhasil meraihnya pada Desember 2003.


Ketika meraihnya pun CompNet adalah perusahaan lokal pertama yang bisa mencapai predikat Gold Certified Partner of Cisco System.


Khusus dengan Cisco, CompNet merupakan partner yang dapat bekerjasama dengan baik. Sejumlah penghargaan lain masih bisa diraih yang membuktikan keeratan kemitraan keduanya.


Pada bulan Juli 1997, misalnya, CompNet mencapai predikat “Cisco System’s Premier Certified Partner”; April 1998 sebagai “The FIRST Local Company who has developed CCIE”; Januari 1999 sebagai “The Rising Star of the Year”; Agustus 1999 sebagai “The HIGHEST number of people certified by Cisco System”; November 1999 sebagai “The FIRST local (national) company who achieved “Silver Certified Partner of Cisco Systems”; Agustus 2000 sebagai “Cisco Spotlight Silver Partner of The Year”; November 2002 sebagai “The HIGHEST number of people certified by Cisco System”; dan akhirnya pada Desember 2003 meraih penghargaan “The FIRST local (national) company who achieved “Gold Partner of Cisco Systems”.

Bermodalkan Semangat Juang
Irawan Purwono, alumni ITB Bandung Jurusan Teknik Elektro yang diwisuda pada bulan September 1986, membangun CompNet nyaris dengan modal yang terbatas. Modal utama sesungguhnya adalah keinginan besar untuk menjadi seorang wirausahawan sejati yang disegani di berbagai negara.
Spirit ini didukung oleh berbagai pengalaman sebelumnya, antara lain sebagai sales dan system engineer di sejumlah perusahaan seperti PT Berca Indonesia selama tiga tahun (November 1986-Juni 1989), dan PT Metrodata Electronics selama 4,5 tahun (Juli 1989-Oktober 1993).


Demikian pula sebuah pengalaman pahit nan tak akan terlupakan ketika mencoba terjun untuk pertamakali membangun usaha sendiri bersama kawan-kawan sesama mantan alumni Metrodata PT UniPro Nuansa Indonesia (sejak November 1993 hingga Februari 1997).


Di perusahaan kongsi yang didirikan dan dimiliki secara bersama-sama ini Irawan secara berjenjang pernah bekerja sebagai system engineer, senior technical support engineer, technical support manager, sales manager hingga mencapai puncak tertinggi sebagai Presiden Direktur PT UniPro Nuansa Indonesia (sejak Desember 1995 hingga Feberuari 1997).


Irawan keluar dari UniPro untuk segera mendirikan lagi perusahaan baru PT Nusantara Compnet Integrator (CompNet). Saat perusahaan ini didirikan pada Maret 1997, jumlah pemain di bisnis sistem integrator (SI) masih bisa dihitung dengan jari. Itupun, rata-rata dimiliki oleh para konglomerat melalui perusahaan-perusahaan besar yang dimiliki.


Mereka mendirikan perusahaan SI hanya karena sudah memiliki divisi integrasi, yang di dalamnya mencakup bidang Teknologi Informasi (TI). Mereka misalnya Ciputra yang memiliki PT Metrodata Electronics, Mochtar Riady denganPT Multipolar, William Soerjadjaya dengan PT Astra Graphia divisi Information Technology (AGIT), dan Murdaya Poo dengan PT Berca Indonesia. Demikian pula dengan nama lain Liem Sioe Liong atau Soedarpo Sastrosutomo semua memiliki perusahaan TI tersendiri.


Yang pasti saat itu rata-rata pengusaha besar memiliki perusahaan TI walau tak semua berhasil menjalankannya dengan rapi dan sehat termasuk Ciputra.


“Saya tahu karena saya pernah kerja di sana,” ujar Irawan, yang memiliki rasa kebanggaan luar biasa sebagai engineer saat masih bekerja di PT Metrodata Electronics.


“Waktu itu bekerja di Metrodata bangga sekali. Semua bule didatangin sama dia (Ciputra, maksudnya –Red), disuruhnya datang ke ulang tahun Metrodata,” kata Irawan.


Walau CompNet merupakan pendatang baru, karena memiliki keberanian yang luar biasa pada akhirnya Irawan Purwono berhasil menembus barikade bisnis yang dipasang para konglomerat tadi. Sebab sistem integrator yang secara fokus digeluti CompNet lebih mengandalkan keterampilan dan keahlian tingkat tinggi berstandar internasional, bukan mengandalkan kapital besar atau sumberdaya manusia massif berbiaya mahal.


Irawan memperoleh keberuntungan lain memilih bisnis TI yang masih nonregulated sehingga ada kebebasan untuk berkompetisi secara sehat atau free competition.
Bisnis TI hanya membutuhkan 4-C yaitu company yang menjual jasa, customer yang membeli jasa, chain sebagai jaringan pemasaran jasa, dan competition yang memberi kebebasan berkompetisi menjual jasa secara fair.


Bisnis model TI berbeda misalnya dengan perusahaan listrik yang hanya memerlukan 2-C, yaitu company yang menjual listrik dan customer masyarakat sebagai pelanggan pembeli listrik.

CEO Visioner
Irawan membangun CompNet bersama lima orang sahabat. Modal usaha dikumpulkan urunan berenam. Perusahaan tak sekalipun beriklan atau promosi karena keterbatasan anggaran.


“Yang saya lakukan pertama kali adalah bagaimana menajamkan bidang yang mau kami geluti,” kata Irawan Purwono, seorang entrepreneur yang memiliki pandangan bisnis sangat visonir menjangkau jauh ke depan.
Pilihan untuk hanya fokus pada sistem integrator jaringan diilhami oleh masukan dari salah seorang staf pemasaran tentang teori pengorbanan (sacrifice) yang harus ada dalam marketing.


Salah satu poinnya, mengorbankan salah satu aspek dari organisasi yang dimiliki untuk menciptakan image yang mudah diterima pelanggan.


CompNet berhasil mengorbankan area usaha yang semula banyak sub-sub bidang, menjadi hanya fokus pada kompetensi sistem integrasi jaringan komputer (network integrator).


Maka jadilah CompNet memiliki trademark sebagai perusahaan sistem integrator jaringan komputer tanpa perlu membawa-bawa salah satu brand komputer atau sistem jaringan.


CompNet menempuh jalur berbeda dengan apa yang biasa dilakukan oleh konglomerat pemilik perusahaan TI, yang harus menggandeng nama prinsipal supaya bisa diterima pasar seperti merek-merek IBM, HP, DEC, Compaq, Acer, Sun, Oracle, Microsoft dan lain-lain. Kata CompNet Irawan definisikan sebagai Competent Partner in Networking.


Tindakan mempersempit bidang usaha atau pasar terbukti sangat begitu efektif meningkatkan pendapatan perusahaan.
Enam tahun sesudah berdiri CompNet tumbuh cepat hingga tampil menjadi pemimpin di semua kalangan perusahaan penyedia solusi sistem integrator jaringan.


Memiliki kantor operasional di Jakarta, Semarang, dan Surabaya CompNet menyediakan jasa ke semua bidang industri vertikal seperti industri perdagangan, manufaktur, perbankan, minyak dan gas hingga lembaga-lembaga pemerintah yang berkehendak membangun sistem integrasi jaringan komunikasi dan informasi data.


Cepatnya pertumbuhan CompNet seiring pula dengan meningkatnya kepercayaan pelanggan. CompNet sangat mengandalkan kemampuan teknik, kecepatan, dan semangat juang dalam memberikan servis sebagai satu-satunya kata kunci keberhasilan perusahaan sesuai visi yang telah digariskan Irawan Purwono.


Birokratisasi di-minimize serendah mungkin untuk memotong sistem prosedur yang biasa terjadi di perusahaan-perusahaan besar.


Keterampilan dan keahlian yang dimiliki oleh semua karyawan dimobilisasi supaya mampu mendukung visi perusahaan berjalan efisien, terlebih saat modal kerja yang dimiliki masih belum sebesar sekarang.


Karyawan yang notabene juga pendiri perusahaan diberi kebebasan untuk membuat keputusan sendiri kecuali apabila menghadapi tembok kesulitan atau sedang diperhadapkan pada pilihan-pilihan yang beresiko tinggi. Kalau itu kejadiannya barulah berkonsultasi dengan “Sang CEO Entrepreneur yang Inspiratif” Irawan Purwono.


“Jika pelanggan puas dengan servis yang kami berikan, kemungkinan mereka akan memberitakan informasi tersebut dan menyebarluaskannya ke para kolega. Pemasaran seperti ini lebih efektif dan bersifat natural karena dituntut memberikan kemampuan dan keahlian terhadap servis yang dilakukan agar memuaskan bagi pelanggan,” kata Irawan, merujuk betapa CompNet dapat bergerak maju apa adanya tanpa polesan mesin pencitraan public relation, sebagaimana biasa dilakukan oleh perusahaan besar yang semata-mata lebih mengandalkan pencitraan artifisial.

Bermula Belasan Ribu Dollar AS
Karena itu Irawan Purwono tak sungkan untuk langsung menerima, apabila awalnya ia hanya dipercaya customer untuk mengerjakan proyek-proyek kecil bernilai belasan ribu dolar AS.


Irawan yakin angka-angka ini secara perlahan tapi pasti akan meningkat terus menjadi puluhan ribu, ratusan ribu bahkan hingga jutaan dollar AS.


Sebab terbuktilah sejak tahun 1999 CompNet mulai dipercaya menangani proyek senilai 300 ribu dolar AS, setahun kemudian melesat dipercaya menangani proyek telekomunikasi data pada bank BCA senilai 1,3 juta dolar AS.


Proyek ini sesungguhnya bernilai 2 juta dolar AS. Namun oleh owner terpaksa dibagi dengan kompetitor yang memang merupakan pemain lama di bidang ini bahkan rajanya untuk tingkat Asia Pasifik sebagai penyedia sistem integrator jaringan. CompNet dengan legowo bersedia menerima jalur kompromi daripada nanti malah dihantamin terus-menerus.


Lalu pada tahun 2003 CompNet bergabung dengan lima perusahaan lain dalam sebuah konsorsium pimpinan PT Mitra Integrasi Informatika, sebuah perusahaan sistem integrator milik Metrodata Group.


CompNet bersama konsorsium berhasil menyelesaikan proyek sistem jaringan telekomunikasi data Komisi Pemilihan Umum (KPU) senilai Rp 152 miliar, digunakan untuk keperluan Pemilu 2004.


“Yang jelas ada campur tangan Tuhan dalam semua langkah bisnis kami. Ya, mungkin Tuhan bersimpati sama saya,” kata Irawan mengenang kembali ucapan teman-teman tatkala limbung sebab pecah kongsi dengan para sahabat di PT UniPro Nuansa Indonesia.


Sahabat seakan menghibur saja tatkala mengatakan, Tuhan pasti akan menggantikan kerugian yang dialami tahun 1997 beratus kali ganda.

Sekelas Entrepreneur Dunia
Referensi keberhasilan menyelesaikan sejumlah kontrak pekerjaan dari owner sekelas Citibank, BP-ARCO, Bank BCA, Djarum, Ditjen Pajak hingga KPU, bagi Irawan sarat dengan nilai-nilai semangat kejuangan selaku entrepreneur.


Sebagai entrepreneur Irawan tak hanya bertindak sebagai pemimpin puncak di sebuah perusahaan sekaligus sebagai pemilik. Namun yang terutama dia seseorang yang memiliki jiwa yang harus bertanggungjawab atas segala perjalanan perusahaan dengan memikul resiko baik untung ataukah rugi.
Kesadaran ini ia kecap berdasarkan definisi kamus Oxford mengenai siapakah entrepreneur yang sesungguhnya itu. Yakni, a person who undertakes an enterprise or business, with the chance of profit or loss.


Kewirausahaan Irawan sangat pas pula dengan definisi entrepreneur yang pernah diungkapkan oleh Ciputra, mantan bosnya di PT Metrodata Electronics.


Filsuf pengembang properti ini dalam sebuah terbitan buku berjudul “10 Momen Penentu Seorang Entrepreneur Ir Ciputra” tulisan Antonius Tanan, menyebutkan, “Entrepreneur adalah seseorang yang inovatif dan mampu mewujudkan cita-cita kreatifnya. Seorang entrepreneur akan mengubah padang ilalang jadi kota baru, pembuangan sampah menjadi resor yang indah, kawasan kumuh menjadi pencakar langit tempat ribuan orang bekerja. Entrepreneur mengubah kotoran dan rongsokan menjadi emas.”


Cerita sungguhan (a true story) bagaimana Irawan memulai usaha sama persis pula dengan cerita para pelaku bisnis teknologi informasi kelas dunia lain yang rata-rata memulainya dengan cara yang sangat sederhana sekali.


Seperti yang dilakukan oleh duo William Reddington Hewlett dan David Packard, keduanya lulusan Stanford University, AS, yang mendirikan sekaligus menjadi pemilik Hewlett-Packard Development Company (HP) sebuah perusahaan teknologi informasi terbesar dunia. Duo ini memulai HP tahun 1934 bermula dari garasi mobil.


Demikian pula dengan hakekat cerita mengenai Bill Gates pendiri Microsoft yang harus cepat-cepat keluar dari kampus hingga tak sempat lulus kuliah demi memuaskan hajat memulai bisnis mengembangkan piranti lunak komputer.
Bahkan Bill Gates seorang filantropis dan orang terkaya dunia dengan catatan kekayaan melebihi 50 miliar dollar AS, pada akhirnya berhasil mengungguli “The Deep Blue” IBM di bidang sistem operasi personal computer (PC).


Michael Dell pendiri Dell Computer tak jauh berbeda kisah perjalanan hidupnya dengan Irawan Purwono sebagai sesama entrepreneur. Dell memulai bisnis dari kamar kost saat masih menjadi mahasiswa di University of Texas tahun 1983 dalam usia 18 tahun. Dengan modal awal seribu dollar AS Dell mulai menjual komputer yang dirakit sesuai pesanan. Ia melakukan berbagai hal untuk menjual komputer rakitan termasuk menjalankan bisnis secara door to door.


Menginjak tahun 1994 Dell secara inovatif mulai menjual komputer melalui internet dan hasilnya luar biasa sekali. Saat ini penjualan Dell melebihi 50 juta dolar perhari, secara keseluruhan nilai total perusahaan melebihi 31 miliar dolar.
Dell menyebutkan, seorang entrepreneur adalah orang yang memiliki ide baru atau berbeda serta berani mengambil resiko dan bekerja keras untuk mewujudkannya.


Untuk ukuran Indonesia Irawan Purwono sudah melakukan bahkan menjadi inspirasi bisnis yang kuat bagi para calon entrepreneur muda untuk berani memulai bisnis baru.

Filosofi “HILLS”
Dalam berbisnis Irawan seorang penganut agama Katolik yang taat, sangat memahami betul filosofi Santo Franciscus d’Assisi yang mengatakan, “Do what is needed, then do what is possible, and suddenly, you will realize that you have done the impossible”.


Di lingkungan perusahaan Irawan kemudian menumbuhkan sebuah filosofi baru sebagai spirit bersama yang terangkum dalam intisari kata “HILLS”.


HILLS adalah singkatan dari lima kata yakni: Helpful, hidup yang senang membantu dan menolong; Integrity, hidup yang menekankan kejujuran dan integritas dalam bekerja; Love, hidup yang menumbuhkan rasa cinta dan loyalitas abadi kepada perusahaan; Learn, hidup yang terbuka dan senang belajar tanpa henti secara berkelanjutan; serta Spirit of Excellence yaitu hidup yang bersemangat untuk selalu memberikan yang terbaik bagi perusahaan.


Irawan menghabiskan waktu bekerja di kantor paling tidak 12 jam sehari, bahkan bisa lebih. Kondisi ini didukung posisi rumah dan kantor yang saling bersebelahan, terletak di Jalan Kemanggisan Utama Raya Nomor 26, Jakarta Barat.


Di kantor inilah Irawan yang berhasil mengubahkan “wajah ilmiahnya” yang cenderung introvert menjadi wajah baru yang ekstovert hingga layak menjadi salesman dan marketer yang terbaik bagi perusahaan, aktif menjalankan bisnis. Irawan sehari-hari selalu tampil penuh semangat dan gembira terutama saat berdiskusi dengan para karyawan untuk memecahkan berbagai macam persoalan.


Sebagai entrepreneur yang relatif masih berusia muda Irawan rajin sekali membagi-bagikan visi bisnisnya ke semua orang. Ia juga memberikan motivasi, menunjukkan dukungan terhadap ide-ide orisinal, sekaligus menyuarakan peringatan-peringatan sebagai warning. Irawan pasti akan menyambut gembira setiap keberhasilan yang diraih karyawan. ►e-ti/ht

*** TokohIndonesia DotCom (Ensiklopedi Tokoh Indonesia)

:: Rich with INTERNET

03.42 Diposting oleh College student

There Is No Shortcut to Success in Internet, but There WERE shorcuts to become Rich in Internet

This is a sadness for spammers, MFA (Made for Adesense) webmasters and arbitragers as Google has started to do some house cleaning on the Adsense membership database. So, some of the Adsense publishers received emails from Adsense team saying that their memberships will be disabled after June 1st. However, Google is kind enough to promise paying them the money that they make till June 1st.

This is definitely good news for serious bloggers out there as Google Adsense pay per click has been dropping like waterfall because there are too many MFA websites out there that provide no value to advertisers.

The bad part is Google’s quality score algorithm will make Affiliate marketing a lot more tougher. Like I said there WERE ways to get rich quick, but they were gone.

:: Menciptakan Lingkungan Bisnis

21.53 Diposting oleh College student

Oleh : Purdi. E Candra

Saya sependapat kalau ada yang mengatakan, melihat orang bisa dilihat dari buku apa yang dibaca, termasuk juga lingkungan dari mana yang dialami selama ini dan siapa orang-orang dekatnya. Sehingga menciptakan lingkungan yang punya visi sama mungkin jadi penting.

Katakanlah, Entrepreneur University (EU) sendiri yang sudah cukup banyak mencetak calon pengusaha menjadi pengusaha, bisa dikatakan sebagai tempat untuk bersama-sama menciptakan lingkungan bisnis dengan visi sama. Visi sama yang saya maksud, yaitu sama-sama ingin menjadi pengusaha sukses.

Saya sangat yakin, kalau kita punya visi yang sama dalam bisnis, maka hal itu niscaya hal itu akan membuat masing-masing kita memiliki motivasi bisnis yang kuat, yakni untuk saling menciptakan sinergi positif, dan saling mendorong serta mendukung ke arah tujuan kita untuk sama-sama berhasil dalam bisnis, berhasil menciptakan lapangan kerja dan berhasil bisa menjadi pengusaha sukses.

Sekalipun hal itu bukan pekerjaan mudah, namun bagaimanapun juga kita sudah seharusnya untuk lebih berani mengambil keputusan bisnis. Kita harus berani untuk sementara keluar dari lingkungan yang menghambat kita. Dengan demikian, saya kira kita akan lebih ada keberanian untuk memulai usaha, mengembangkan ataupun membuka bisnis-bisnis baru. Nah, karena itulah tak ada salahnya kita bisa mencari lingkungan yang memang bisa mendorong kegiatan bisnis kita.

Jadi, saya kira kumpul-kumpul dalam asosiasi atau himpunan, seperti AMA (Asosiasi Manajer Indonesia), HIPMI (Himpunan Pengusaha Muda Indonesia), Kadin, API, dan asosiasi lainnya, itu sangat jelas akan banyak manfaatnya bagi kita sebagai pengusaha. Banyak teman, banyak relasi, banyak seduluran atau banyak saudara, dan tak mustahil kita akan semakin bersemangat dalam bisnis. Kita semakin bersemangat dalam hidup. Wacana kita sebagai pengusaha juga semakin luas dan berkembang maju. Dan, saya yakin kita pun akan lebih cepat tahu akan setiap peluang bisnis. Karena memang banyak informasi bisnis yang kita dapat.

Karena itulah, saya lebih suka menyebut bahwa sebenarnya lingkungan bisnis memang betul-betul sangat mempengaruhi akan kecerdasan entreprener kita. Sehingga, sampai-sampai ada yang mengatakan bahwa. ''Sebenarnya orang-orang sukses itu adalah orang-orang yang bisa mengandalkan lingkungannya. Sementara orang-orang yang gagal dalam bisnis itu karena dia dibatasi oleh lingkungannya.''

Jadi, saya kira kalau kemudian alumni Entrepreneur University (EU) ada yang membentuk Entepreneur Club Yogya dengan membuat Peta Bisnis yang mereka sebut sebagai ''Jendela Informasi Dunia usaha'', saya kira itu positif. Begitu juga, Forum Komunikasi Kewirausahaan itu juga bagus. Sehingga, menurut saya, bagaimana pun juga wadah-wadah semacam itu penting dan bisa saja untuk kita jadikan sebagai tempat yang pas untuk kita berbincang-bincang soal bisnis. Tapi yang jelas, jaringan bisnis kita akan semakin luas.  
Sumber : The Entrepreneur Paradise