Lolos Dari Sergapan Pembunuh Mimpi

23.59 Diposting oleh College student

Mimpi (04) :

Pembunuh nomor wahid. Trauma Kegagalan.

Gagal menggapai mimpi menyakitkan bagi banyak orang, meski akal sehat mengatakan bahwa sukses mewujudkan
harus dilewati melalui proses panjang, termasuk menelan beberapa kegagalan.

Saya sangat suka dengan istilah pakde Broto yang saya kutip secara bebas dan panjang seperti ini: "Tidak ada langkah
tunggal menuju sukses. Yang pasti, jutaan langkah harus diayun menuju ke sana. Jutaan langkah yang seringkali tidak
terduga, yang tak terbayangkan sebelumnya, karena munculnya hadangan di depan yang luput dari perhitungkan awal."

Kadang langkah begitu mudah dan nyaman karena kita sudah siap jauh-jauh hari dengan perhitungan matang. Tapi tak
jarang, tiba-tiba faktor X muncul dan mengganggu skenario dan menjungkalkan mimpi kita. Pada tahun 1997, banyak
perusahaan tumbang karena faktor X berupa badai ekonomi, sehingga banyak tagihan macet di tengah jalan, proyek
ditunda, atau dihentikan di tengah jalan. Akibatnya, cash-flow perusahaan kacau balau. Apa boleh buat, PHK dan
tenggelamnya perusahaan menghiasi lembaran sejarah bisnis Indonesia.

Kisah pernah gagal dalam mewujudkan mimpi adalah hal biasa. Saya yang baru pertama kali mulai bisnis pada tahun
1995, langsung menelan pil pahit berupa tutupnya perusahaan meski belum berumur setahun. Padahal, ketika
mengawalinya, semangat saya luar biasa tinggi. Pahit memang. Baru langkah pertama saja sudah tertebas. Saya
bahkan sempat mutung sebentar.

Membangun karir pun sama saja. Jika kita mendapat tempat kerja yang tepat, atasan yang suportif, manajemen yang
bagus, kita akan tumbuh pesat. Pada praktiknya, sorga seperti itu amat langka. Yang sering temui adalah selalu ada
tantangan meningkatkan karir, seperti manajemen yang dirasa kurang memihak karyawan, praktik like and dislike,
pembatasan ras tertentu untuk mendapat hak istimewa (training ke luar negeri, menembus level manager, dll). Situasi itu
kadangkala membuat penebur mimpi karir merasa menembus tembok. Mutung. Akhirnya gagal.

Kegagalan yang beruntun, dari mimpi satu ke mimpi lain, dapat menurunkan mental. Saya termasuk yang pernah
menjadi korbannya. Baru melangkah, mendapat pukulan telak: perusahaan bangkrut hanya dalam setahun. Untuk berani
melangkah lagi sebagai wirausahawan butuh waktu tiga tahun. Bodoh sekali. Itu pun masih kena pukulan telak lagi. Di
saat saya sudah berjaya, salah satu perusahaan yang saya bangun dan menjadi salah cash-cow karena mampu
membagi deviden setiap dengan "sopan" meminta saya menjual seluruh saham saya. Belum cukup pukulan tadi,
tonjokan lain datang: sebuah perusahaan lain yang saya dirikan sekarat. Itu masih ditambahi gigitan-gigitan keras
lainnya: kalah tender miliaran rupiah hanya gara-gara salah membuat surat penawaran, kontrak bisnis yang nyaris batal
http://www.cimbuak.net - Cimbuak.net +++ Forum Silaturahmi, Komunikasi dan Informasi Adat Budaya Minangkabau Sumatera Barat Generated: 26 December, 2005, 15:33
karena masalah legalitas, tagihan macet, serta berbagai macam gigitan lain dalam mengelola usaha.

Atau dengarlah kata salah satu rekan yang mengirim email japri: .

Apa boleh buat, tidak ada rumus mudah melawan pembunuh mimpi ini kecuali kemampuan bangkit dari kegagalan.
Orang sukses bukanlah mereka yang terus-menerus memetik sukses, tetapi mereka yang mampu bangkit dari
kegagalan. Perbedaan mereka yang mampu mewujudkan mimpi dengan yang tidak bukan pada deretan prestasi yang
diraih, tapi pada kemampuan membunuh rasa frustrasi menghadapi kegagalan dengan ganas dan cendekia.

Caranya? Kita bisa memotivasi diri sendiri. Tatkala sekali-sekali gagal, ajak diri sendiri berdiskusi dengan tema: Tidak
ada jalan mulus menuju singgasana. Dalam bahasa halus Gede Prama: Banggalah dengan Kekalahan karena
kekalahan akan mengantar ke kemenangan. Atau pakai bahasa lugas pakde Broro: Ikhlaskan saja kekalahan itu.
Kekalahan membuat kita mengkritisi langkah yang pernah kita ambil dan membuka jalan lain untuk meraih mimpi.

Tapi tak mudah berdiskusi dengan diri sendiri dikala mental kita sedang runtuh. Hanya orang-orang istimewa yang
masuk pada tahap itu. Karena saya belum masuk tahap canggih itu, saya motivasi diri sendiri dengan membaca kisahkisah
sukses orang lain, yang pernah kere tapi berhasil. Saya baca berulang-ulang tulisan-tulisan manajemen dan
motivasi. Kalau masih kurang, saya diskusi dengan sesama wirausahawan. Berdiskusi dengan orang yang memiliki
minat yang sama amat sangat membantu usaha bangkit. Tak jarang saya "ngadu" ke pebisnis yang lebih berhasil.

Trauma Kegagalan? Hajar bleh. Sikat abis. Ganyang. Gempur. Injak-injak. Bakar. Buang ke laut. Titik.

Tanya jawab :

-----Original Message-----
From:
Sent: Tuesday, March 02, 2004 8:32 PM
To: nukman
Subject: Mimpi Besar dan Mimpi Kecil

Impianku sekarang adalah bisa lepas jadi karyawan dan memiliki usaha sendiri yang bisa menghidupi keluarga dan
sekitarnya. Aku coba mulai tahun kemarin. Uang tabunganku aku belikan 1 kijang dan 1 soluna, terus aku titip rental ke
perusahaan rental mobil. Tapi ternyata perusahaan rental itu tidak bisa melakukan komitmen dengan disiplin. Gemes
juga ngeliatnya. Pembayaran sering telat. Kalau saja aku yang punya perusahaan itu dan bisa mengontrol
managementnya seperti yang aku inginkan .........

Ada pengalaman nggak buat referensiku mengembangkan bisnis ini ? Thanks !

NL : Kebetulan saya punya salah satu kenalan yang mengelola rental seperti ini. Saya akan cek dulu. Moga2
perusahaannya bisa menjadi alternatif menitipkan mobilmu. Sebenarnya, kalau punya link bisa saja langsung disewakan
langsung ke kantor2 dengan kontrak bulanan atau tahunan. Ada perusahaan yang mau menyewa langsung dari
perorangan tanpa badan hukum. Itu langkah jangka pendek jika hanya dengan dua mobil. Ada rekan2 yang bisa bantu
menjawab ?
Nukman Luthfie


Diposting pada Mailing List UGM
Disadur oleh : Dewis Natra

Related Posts by Categories



0 komentar: