Jihad Kontra Terorisme

19.07 Diposting oleh College student

Kata jihad menjadi wacana hangat belakangan ini, menyusul adanya pengakuan pelaku pengeboman Bali II bahwa yang mereka lakukan adalah jihad. Dalam rekaman VCD, para pelaku menyatakan alasan mengapa mereka melakukan bom bunuh diri, bahwa mereka akan masuk syurga dengan melakukan aksi yang mereka sebut sebagai jihad.

Tidak pelak, sejumlah ulama menolak pernyataan sesat dan menyesatkan itu. Terorisme bukanlah jihad atau jihad bukanlah terorisme, dan Islam menentang terorisme. Ketua Komisi Fatwa MUI KH Ma'aruf Amin menegaskan, terorisme dan bunuh diri merupakan tindakan yang diharamkan oleh Islam dan tindakan serangan dengan cara bunuh diri yang dilakukan di Indonesia tidak dapat digolongkan sebagai jihad. "Apa yang dilakukan di Indonesia adalah terorisme dan bunuh diri... bunuh diri itu haram," katanya (Media Indonesia Online, 18/11).

Ma'aruf mengungkapkan, MUI sebelumnya telah mengeluarkan fatwa yang mengharamkan perbuatan terorisme, yaitu pada akhir tahun 2003. Ia menekankan, Indonesia bukanlah wilayah perang, melainkan daerah aman, damai dan wilayah dakwah. Oleh karena itu, tidak ada alasan untuk mendapat serangan bom bunuh diri. "Sasaran pemboman bunuh diri juga tidak jelas,karena korbannya bukan pihak-pihak yang dianggap musuh, melainkan orang-orang yang tidak berdosa." ujarnya,

Perancuan makna jihad adalah salah satu dampak aksi-aksi terorisme yang marak belakangan ini. Kaum kuffar dan munafiqin lantas menimpakan kesalahan pada Islam yang mengandung ajaran jihad hanya kerana para pelaku teror menyatakan apa yang mereka lakukan adalah jihad.Pertanyaanya sekarang, benarkah para teroris itu melaksanakan konsep jihad dalam Islam? Benarkah yang mereka lakukan adalah jihad? Tampaknya, mayoritas umat Islam termasuk para ulama sepakat, pengeboman Bali dan kasus bom-bom lain di tanah air bukanlah jihad, melainkan terorisme murni. Para pelaku teror itu pun menjadi musuh umat Islam, karena yang mereka lakukan justru merusak citra Islam, mengaburkan konsep jihad, bahkan mendorong kaum kuffar dan munafiqin mengobok-obok kalangan pesantren hanya karena para pelaku pernah singgah di pesantren.

Ditambah lagi dengan isu akan adanya pelarangan buku-buku Islam, terutama buku-buku karya para ulama pendiri dan aktivis gerakan Islam seperti Hassan Al-Banna. Di sejumlah negara Arab, kekuatan asing itu bahkan menekan para ulama dan pendidik untuk mengubah (baca: mensekulerkan) kurikulum pendidikan. Simak saja ungkapan anggota Mujamma' al-Buhuts al-Islamiyyah (Lembaga Penelitian Islam), Dr. Mushtafa Syak'ah, bahwa propaganda Amerika Serikat (AS) untuk men-sekuler-kan perguruan Al-Azhar Mesir sekarang telah sampai pada puncaknya, setelah adanya tuntutan Duta Besar Amerika yang baru, Richard Rodney, agar mensosialisasikan pelajaran ilmu perbandingan agama untuk seluruh ma'hadan memasukkan beberapa perubahan mendasar atas kurikulum-kurikulumnya. “Sebagai imbalannya, bila memenuhi tuntutan tersebut, al-Azhar akan mendapatan bonus sebesar 150 juta dolar,” katanya. (Alsofwah, 14 Nopember 2005).[Yasa/satriamadangkara]


Related Posts by Categories



0 komentar: