Jihad Melawan Teroris

19.26 Diposting oleh College student

Terorisme telah menyebabkan ketakutan dan keresahan umat manusia. Tidak hanya ditempat terjadinya aksi terorisme, tapi juga di seluruh dunia. Manusia merasa tidak aman lagi untuk bepergian, bekerja, berekreasi dan beribadah. Ketakutan selalu menghantui mereka setiap saat, kapan dan di mana pun mereka berada. Aksi terorisme ini, seperti bom bunuh diri telah mengantarkan kita pada “ketakutan global” yang belum pernah ada presedennya dalam sejarah.

11 September kelabu membuat kerugian ekonomi berskala besar di Amerika dan tertutupnya lowongan kerja di Amerika bagi para akademisi yang telah menyelesaikan studinya. 11 September bukan hanya telah menggoyang perekonomian Amerika, tapi juga perekonomian dunia ikut terganggu akibat perbuatan jahanam ini. Ekonomi Asia, termasuk Indonesia, semakin sulit untuk dibenahi. Bom Bali I & II telah menghancurkan perekonomian masyarakat Bali, pada khususnya dan bangsa Indonesia pada umumnya, karena hampir 45% devisa bangsa ini berasal dari Bali. Kemarahan dan kegeraman masyarakat terhadap para pelaku terorisme (Imam Samudra dkk) dapat dimengerti karena teroris telah menghancurkan sumber penghidupan mereka.

Penderitaan dan ketidakadilan yang dialami oleh umat Islam di Bosnia, Palestina, Afghanistan, dan Irak memang menggugah rasa solidaritas kita sebagai sesama Muslim. Penyerangan Amerika ke Afghanistan untuk memburu para teroris menyebabkan banyak rakyat Muslim Palestina menjadi korban peluru dan bom nyasar. Begitu juga dengan serangan tentara Amerika dan sekutu-sekutunya ke Irak yang alasannya tidak dapat dimengerti oleh akal sehat. Walaupun kediktatoran Saddam Husein harus diakui oleh masyarakat internasional, namun Amerika tidak berhak ikut campur dalam masalah internal suatu negara.

Proklamasi perang Amerika atas Irak dilandasi oleh alasan yang salah. Sebelum invasi, George W Bush mati-matian meyakinkan dunia bahwa Irak sedang mengembangkan senjata pemusnah massal yang sedang dikembangkan oleh Saddam. Ternyata tuduhan ini tidak terbukti sampai sekarang, bahkan Bush mengakui kesalahannya di depan Senat. Ia tidak menemukan senjata pemusnah massal tersebut di Irak.

Tindakan Barat terhadap negara-negara berpenduduk mayoritas Muslim seperti di Irak dan Afghanistan dan juga dalam masalah Palestina Israel memang patut disayangkan. Barat telah mengklaim dirinya sebagai negara yang demokratis namun dalam sering juga ditemuan adanya pelanggaran HAM, seperti kejadian di Guantanamo. Mengenai Amerika, hal yang harus kita insafi adalah bahwa tidak semua rakyat Amerika mendukung dan setuju dengan kebijakan perang yang diambil oleh Bush. Merosotnya popularitas Bush di mata rakyat Amerika saat ini, adalah bukti ketidaksetujuan warga Amerika atas kebijakan yang diambil oleh kelompok yang berkuasa (pemerintah) di Amerika.

Kemudian yang patut disesalkan juga adalah ketika Osama mengeluarkan fatwa yang menyatakan kewajiban bagi seluruh umat Islam untuk membunuh orang Amerika dan sekutunya—baik sipil maupun militer—dimana pun mereka berada. Osama keliru dalam menafsirkan berbagai ayat jihad dan melihat dunia sebagai medan perang. Apalagi tidak semua rakyat Amerika mendukung kebijakan yang diambil oleh pemerintahan Bush. Fatwa Osama ini oleh Nasir Abbas—mantan anggota Jamaah Islamiyah - tidak menyebutnya sebagai fatwa tapi statemen. Kemudian Ja’far Umar Thalib mengatakan bahwa Osama tidak mempunyai kualifikasi sebagai seorang mufti sehingga fatwanya layak diabaikan. Perintah pembunuhan massal yang dikeluarkan oleh Osama ini ibarat memukul genderang perang antar umat manusia; Islam dan Barat (Kristen).

Umat Islam dan Kristen memang mempunyai sejarah kelam berupa perang suci. Hampir dua abad mereka hanyut dalam irama perang ini. Anjuran pembunuhan massal terhadap masyarakat Barat, terutama warga Amerika, yang dilantunkan oleh Osama akan membangkitkan luka lama hubungan Islam dan Kristen. Tingkah laku nyeleneh yang dipertontonkan oleh pemerintah Amerika harus disikapi dengan kepala dingin, pikiran terbuka dan bijaksana. Sikap emosional tidak akan menyelesaikan masalah, malah mungkin akan memperumit masalah yang ada.

Perjuangan mengangkat derjat umat Islam dari jurang ketertindasan dan neo-kolonialisme adalah perbuatan yang mulia. Namun, permasalahannya terletak pada cara yang dipakai untuk mencapai tujuan mulia tersebut. Sikap emosional, kekerasan atau radikalisme, dan terorisme, jika berkaca pada sejarah umumnya selalu berakhir dengan malapetaka (Syafii Maarif: 2004: 5). Tujuan utama akan terkesampingkan, yang ada hanya balas dendam dan darah tercecer di mana-mana.

Menimbang keefektifan dengan cara-cara kekerasan dan terorisme yang dilakukan oleh segelintir umat Islam untuk mengangkat “harga diri” umat Islam ternyata sama sekali tidak berhasil. Cara-cara terorisme ternyata tidak mengubah nasib umat Islam Afhganistan, Palestina, dan Irak. Terorisme malah cenderung kontraproduktif. Islam dianggap sebagai “agama garang” dan kekerasan selalu diasosiasikan dengan Islam. Suatu cap atau label yang sangat bertentangan dengan esensi ajaran Islam.

Pengidentikan Islam dengan kekerasan dan terorisme disebabkan ulah segelintir umat Islam yang tidak bisa menahan diri dan bersikap bijak dalam menyelesaikan atau mencari solusi dari suatu masalah. Pengutamaan kekerasan dalam menyelesaikan suatu masalah tidak dianjurkan oleh Islam. Malahan Islam menganjurkan umatnya untuk selalu melakukan syĆ»ra (musyawarah) (QS. Ali ‘Imran: 159) dalam setiap masalah, sebagaimana Nabi Muhammad Saw melakukannya. Perperangan yang ditempuh oleh Nabi Muhammad Saw dilakukan pada saat upaya perdamaian dan semua upaya telah buntu. Dari banyaknya perjanjian damai yang dibuat kaum Muslim awal yang dipimpin oleh Rasulullah dengan orang-orang non-Muslim menunjukkan bahwa Islam lebih mengutamakan jalan perdamaian ketimbang jalan kekerasan.

Penyelesaian masalah ketidakadilan yang menimpa negeri-negeri Muslim saat ini, seperti di Afghanistan, Irak, dan Palestina, hendaklah lebih mengutamakan jalur musyawarah. Hal ini bisa dilakukan oleh umat Islam dengan menggunakan tangan pemerintah negeri-negeri Muslim dan organisasi Islam dunia seperti Rabithah ‘Alam Islamiah dan Organisasi konferensi Islam (OKI). Lewat musyawarah, Negeri-negeri Muslim harus bersatu padu, dengan dibantu organisasi Islam dunia, menekan ketidakadilan, agar mengakhiri segala kebijakan politik yang sangat merugikan umat Islam.

Aksi terorisme yang dilakukan oleh segelintir umat Islam menjadi boomerang bagi umat Islam sendiri. Dengan aksi terorisme tersebut telah dijadikan justifikasi bagi pihak lain untuk melakukan serangan ke pelbagai negari-negeri Muslim. Inilah yang harus kita perhatikan bahwa jangan sampai aksi terorisme menjadi senjata makan tuan.

Selain pertimbangan keefektifan cara-cara kekerasan dalam melawan ketidakadilan, terorisme sendiri sangat bertentangan dengan esensi ajaran Islam. Islam sangat menghargai nyawa manusia, ini bisa dilihat dari ayat 32 surat al-Maidah. Dalam ayat ini Allah Swt menyatakan bahwa membunuh seorang manusia yang tak bersalah ibarat membunuh manusia seluruhnya. Inilah yang harus diinsyafi oleh umat Islam, bahwa dengan melakukan terorisme yang pasti menyebabkan hilangnya nyawa orang tak berdosa, berarti telah melanggar esensi dari ajaran Islam. Marilah kita terus berjihad melawan terorisme, karena terorisme tidak akan pernah mengantarkan Islam sebagai agama rahmatan lil ‘alamin. Wallahu a’lamu bis shawab. [Yasa/satriamadangkara]

Referensi :

- Dari berbagai sumber



Related Posts by Categories



2 komentar:

  1. muslim mengatakan...

    setuju. islam bukan teroris. dan teroris bukanlah islam. kita hanya memerangi orang yang menghunus pedang kepada kita. dan kita tidak akan pernah mengganggu non muslim, selama mereka tidak mengganggu kita. kalau memang osama ingin berjihad. lakukan dengan cara membela saudara2 muslim yang sedang teraniaya seperti di Palestina. itu lebih mengena sasaran dalam hal jihad fisabilillah.
    syukron

  2. :: Satriamadangkara Online :: mengatakan...

    Perjuangan Jihad memang penuh lika-liku, jika tidak pintar2 membedakan kita akan terjebak dalam kegiatan terorisme. Sedangkan perbedaan antara Jihad dan Terorisme sangat jelas dan sudah diatur oleh Al-Qur'an dan sunah Nabi Muhammad S.A.W.

    Semoga kita termasuk orang2 yang berjihad dijalan-Nya. Amin

    Siapa Osama sebenernya kita juga gak tau Mas, kita tunggu saja dengan sabar dan sholat...